Suara.com - Neneng (39), pemilik warung derek di Kampung Kebalen 7, RT 1/RW 4, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, menceritakan suka dan dukanya berjualan lewat ember dan tali yang melintasi sungai.
Neneng mengatakan beberapa pembeli kerap kabur tanpa membayar jajanan yang dibeli.
Mereka mengklaim sudah memasukan sejumlah uang untuk membeli minuman atau makanan. Namun saat dicek ternyata uang yang dimasukan ke dalam ember tersebut kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
"Ada orang beli terus enggak bayar. Dia bilangnya uang sudah (ditaruh), padahal saya itung tuh orang ada empat tapi pas saya turunin tuh ember duitnya kurang satu orang," kata Neneng saat ditemui di lokasi.
Baca Juga: Melihat Keseruan Festival Gerakan Warung Nasional
Pembeli yang tidak bayar kata Neneng, tidak hanya seklai. Meski demikian perempuan berhijab itu tak pernah menaruh dendam dan lebih memilih untuk mengikhlaskannya.
"Saya pernah sampai teriak-teriak, kabur dia haha. Terus mau ngomong apalagi namanya bukan rezeki, ikhlas saja," ucapnya.
Neneng mengaku bersyukur dari usaha warung derek yang berada tepat di belakang gedung Capital Place dan Hotel Four Seasons, Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, mampu membantu perkonomian keluarga.
Setidaknya kata Neneng, dapat meraup omzet sekitar Rp 1 juta.
"Kalau dulu Rp 2 juta dapat, sekarang Rp 1 juta kalau ramai bisa Rp 1,5 juta," ungkapnya.
Baca Juga: Ini Dugaan Warung Sate di Dusun Watuadeg Bisa Terbakar
Usaha tersebut kata Neneng, sudah dimulai sejak tahun 2014 silam. Menurutnya, untuk satu porsi nasi dengan lauk ayam, saja dirinya hanya membandrol dengan harga Rp 13 ribu. Sedangkan untuk secangkir kopi dia menjual cukup dengan harga Rp 3 ribu.