Eksportir Skakmat Edhy Prabowo soal Lobster: Ini Ide Teraneh yang Saya Tahu

Selasa, 17 Desember 2019 | 17:02 WIB
Eksportir Skakmat Edhy Prabowo soal Lobster: Ini Ide Teraneh yang Saya Tahu
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo, ditemui di UGM, Minggu (15/12/2019). - (SUARA kontributor/Putu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polemik ekspor benih lobster (benur) yang sedang heboh diperdebatkan warganet membuat cerita seorang eksportir ikan bernama Heru Cahyono ikut menjadi viral di media sosial. Ia membantah ide Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

Heru menceritakan pengalamannya sebagai pelaku di bisnis seafood export selama lebih dari 15 tahun.

Cerita pengalaman Heru terkait ekspor benih lobster ini disampaikan melalui kicauan yang diunggah ke akun Twitter @hcahyono pada Senin (16/12/2019).

Dalam utas cuitan yang diunggahnya, Heru menjelaskan bahwa benih lobster yang dilarang diekspor biasa disebut lobster seeds.

Baca Juga: Bos Garuda Dituduh jadi Germo Pramugari, Kasusnya Diambil Alih Polda Metro

Eksportir ikan bantah pernyataan Edhy Prabowo (twitter @hcahyono)
Eksportir ikan cerita tentang pengelolaan benih lobster (twitter @hcahyono)

Heru mengatakan, "Jadi bukan anakan lobster yang sudah gede. Peraturan kita mengharuskan bibit ini diambil dari laut adalah panjang karapas 8 cm , atau setara 200 Gms berat lobster itu".

"Benih lobster yang dimaksud beberapa hari ini adalah lobster benur kecil, makanya disebut lobster seed, biji. Masih transparan panjang beberapa sentimeter," imbuhnya.

Ia menjelaskan, benih lobster ini adanya di laut, tidak bisa dikembangbiakkan seperti udang, bandeng ataupun lobster air tawar (Crayfish). Makanya, benur diambil dari laut secara langsung (wild caught).

Untuk memelihara lobster di tambak, kolam atau keramba, haruslah dari lobster seed karena kemampuan adaptasi di lingkungan lebih besar dibanding yang sudah dewasa.

"Ini hal yang sangat umum dan diketahui oleh semua pembudidaya lobster baik Indoensia atau Vietnam. Kata kuncinya adalah, belum ada teknologi advance untuk budidaya ini, dibanding budidaya aquaculture yang lain. 20 % SR - survival rates sudah bagus. 1000 - bertahan 200 ekor," tutur Heru.

Baca Juga: Puluhan Pengusaha Kukuh Tolak Malioboro Jadi Pedestrian

"Lobster rentan mati, sampai sekarang yang saya tau belum ada yang berhasil memindahnya ke darat terus dibuat ekosistemnya persis seperti habitatnya di laut. Setahu saya begitu," imbuhnya.

Eksportir Ikan sebut ide Edhy Prabowo aneh (twitter @hcahyono)
Eksportir Ikan sebut ide Edhy Prabowo aneh (twitter @hcahyono)

Heru kemudian menjelaskan bahwa dalam hal pembudidayaan lobster Vietnam sebenarnya tidak jauh beda dengan Indonesia.

"Yang bedakan adalah SDM nya, mereka kerja jauh lebih keras dibanding SDM kita. Mereka mampu menyelam lama dan telaten dalam memfeeding benih lobster tadi sampai menjadi dewasa," kata Heru.

Ia menambahkan, "Teman saya sampe hire 5 orang pekerja Vietnam, dan orang lokal kita tidak mampu mengikuti karena musti nyelam terus menerus tadi."

Heru memberi saran kepada pemerintah. Menurutnya lobster lebih baik dibiarkan hidup dan bertumbuh besar di laut.

"Sudahlah biar saja lobster hidub di laut dan besar di laut. Masih banyak ikan lain yang bisa ditangkap dan dijual. KKP kaya gak ada urusan lain," ucapnya.

Ia juga merasa aneh terhadap ide Edhy Prabowo bahwa eksportir benih lobster harus membawa lobster indukan yang telah dikembangkan di negara lain kembali ke dalam negeri.

"Terus ada ide aneh, ya diekspor terus nanti perjanjian disuruh kembalikan ke Indonesia. Ini ide teraneh yang saya tahu," tutup Heru.

Thread kicauan Heru Cahyono ini telah mendapatkan lebih dari 2 ribu retweet dan 2.800 like pada Selasa (17/12/2019) sore.

Untuk diketahui, Menteri Perikanan dan Kelautan (KKP) Edhy Prabowo memiliki rencana menghapus larangan ekspor benih lobster.

Larangan ekspor benih lobster tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 1/2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan yang disahkan oleh Susi Pudjiastuti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI