Perluasan Perkebunan Sawit, Ancaman bagi Lingkungan maupun Tradisi

Chandra Iswinarno Suara.Com
Selasa, 10 Desember 2019 | 18:46 WIB
Perluasan Perkebunan Sawit, Ancaman bagi Lingkungan maupun Tradisi
Seorang pemanen purun menambatkan perahu keteknya sebelum melakukan pemanenan di lebak purun Arang Tetambun, Jumat (09/05/2019). [Foto: Ibrahim Arsyad]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dia mencontohkan Desa Mangris, Kecamatan Pampangan, yang semula kawasan untuk gembala kerbau rawa, kini telah beralih menjadi perkebunan kelapa sawit milik PT Waringin Agro Jaya (WAJ).

“Tentu hal ini menjadi ancaman terhadap kerbau yang menjadi andalan warga sebagai penopang ekonomi. Mengingat, lahan (pengembalaan) terus berkurang."

“Kami pernah menggagas untuk ternak di lahan kering untuk mengatasi kekurangan pakan. Tapi ternyata tidak sesuai harapan. Karena memang karakter kerbau ras Pampangan ini, lebih suka mencari makan di dalam rawa,” katanya.

Peneliti populasi kerbau rawa ras Pampangan dari Universitas Sriwijaya Arfan Abrar mengatakan, pada tahun 2010 populasi kerbau rawa yang sebarannya berada di Kabupaten OKI dan Banyuasin mencapai 15 ribu ekor.

Baca Juga: Orangutan Terkapar di Kebun Sawit, 24 Peluru di Badannya hingga Mata Buta

Namun pada tahun 2019, populasinya tinggal sekitar 10 ribu ekor. Menurutnya, faktor penurunan populasi kerbau rawa ini karena kebutuhan industri dan masyarakat tidak memberikan perhatian serius.

“Seandainya masyarakat memanfaatkan kerbau rawa tersebut, mereka tidak lagi akan berpikir untuk membakar lahan rawa gambut. Kerbau jenis ini, sangat bergantung padarawa dan ini bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan,” katanya.

“Ini juga momen adanya bufallo center untuk meningkatkan genetikanya. Kita tidak lagi berbicara UMKM, tapi masuk dalam industri,” imbuhnya.

Dinamisator Badan Restorasi Gambut (BRG) wilayah Sumatera Selatan, DD Sineba menyampaikan, dalam mengatasi permasalahan yang berkembang di areal lahan gambut untuk fungsi restorasi. Salah satu yang dilakukan adalah program Desa Peduli Gambut (DPG).

Program tersebut melibatkan mitra dan pemerintah daerah dalam mendorong masyarakat lokal mengelola lahan gambut berkelanjutan agar ekosistem gambut tidak terganggu. Gambut dari permukaan luar hingga lapisan terdalam, dapat menyerap gas karbon yang menjaga kestabilan iklim khususnya mencegah pemanasan global.

Baca Juga: Terima Pebisnis Eropa, Jokowi: RI Tak Akan Diam Terhadap Diskriminasi Sawit

“Kalau kami melihat, kearifan lokal masyarakat lebih bisa diandalkan dalam menjaga ekosistem gambut. Katakanlah, kerajinan purun serta budi daya kerbau rawa di Kabupaten OKI. Dengan pengetahuan yang terbatas, mereka begitu peduli dengan alam sekitarnya,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI