Depan Istana Jokowi Ditabur Kembang 7 Rupa oleh Aktivis HAM

Selasa, 10 Desember 2019 | 13:24 WIB
Depan Istana Jokowi Ditabur Kembang 7 Rupa oleh Aktivis HAM
Tabur kembang 7 rupa di Depan Istana Merdeka. (Suara.com/Tyo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan massa dari Amnesty Internasional Indonesia melakukan aksi tabur kembang 7 rupa di depan Istana Negara, Jakarta dalam rangka peringatan Hari HAM Internasional, Selasa 10 Desember 2019.

Selain melakukan aksi tabur kembang 7 rupa di depan istana negara, mereka juga akan masuk ke kompleks Istana untuk mengantarkan 5.000-an kartu pos yang digalang melalui kampanye "PENA: Pesan Perubahan" yang ditulis langsung oleh masyarakat.

Manajer Komunikasi Amnesty International Sadika Hamid mengatakan ribuan kartu pos itu berisi pesan-pesan seruan penuntasan kasus HAM mulai dari; RUU Pengesahan Kekerasan Seksual, Penegakan HAM di Papua, Kasus Novel Baswedan, Cabut Aturan Diskriminasi Agama, Hapus Impunitas Kasus Orang Hilang, Larangan Kerja Paksa di Industri Sawit, Pelarangan Diskriminasi Gender, dan Cabut Hukuman Mati.

"Jadi paling banyak orang demand untuk hak perempuan. Nomor dua surprisingly itu tentang Penegakan HAM di Papua. Walau pun sebenarnya awalnya itu isu yang cukup deficiency tapi ternyata orang juga cukup punya konsen yang lebih ke situ," kata Sadika di lokasi, Selasa (10/12/2019)

Baca Juga: Spanduk Besar Usut Pelanggar HAM Diadili Dibentangkan di Kampus Atmajaya

Sadika menambahkan meski Amnesty belum melihat keseriusan Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan kasus HAM di periode keduanya, mereka tetap optimis terlebih ada ribuan orang yang mengirimkan surat untuk Jokowi agar memberikan fokus kepada penyelesaian kasus HAM.

"Pak Jokowk pada nawacitanya kan menjanjikan untuk menuntaskan HAM berat tapi itu hampir tidak ada yang dilaksanakan, kemudian ketika pada pidato kenegaraan, dia hampir sama sekali tidak singgung isu ham, ini sebenarnya kita agak pesimis, tapi ya justru kita lihat orang yang nulis surat malah ada harapan," jelasnya.

Ribuan surat itu mereka kumpulkan dari 17 September sampai 7 Desember 2019 dari penggalangan suara melalui berbagai acara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI