Kementan Fokus pada Pengembangan Kakao di Mamuju

Minggu, 08 Desember 2019 | 12:21 WIB
Kementan Fokus pada Pengembangan Kakao di Mamuju
Mentan, Syahrul Yasin Limpo, meninjau perkebunan kakao di Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12/2019). (Dok : Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fokus Kementerian Pertanian (Kememtan) untuk pengembangan kakao  ada pada dua hal, peningkatan produktivitas dan perbaikan kualitas yang keberlanjutan.

"Seperti yang pernah saya sampaikan, di Forum Indonesian International Cocoa Conference, yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu lalu, bahwa peningkatan produksi dan produktivitas berbasis kawasan kakao adalah melalui program BUN-500 (perluasan, peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, GAP dan inovasi teknologi perbenihan modern). Itu strategi yang coba pemerintah tempuh dalam pengembangan kakao," ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono, saat mendampingi Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, meninjau perkebunan kakao di Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12/2019).

Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar, yang juga turut mendampingi menjelaskan, pada tahun 2019, di Sulbar telah dilakukan peremajaan kakao seluas 270 hektare dan perluasan kopi 300 hektare.

"Luas lahan perkebunan di Sulbar yang berpotensi untuk pengembangan kakao, kopi, pala, lada, cengkeh, kelapa sawit, ada 635,933 hektare," ujar Enny.

Baca Juga: Kementan : Stok Beras Aman Sampai 2020

Saat meninjau, Mentan menyarankan untuk dilakukan program intercropping untuk mengoptimalkan lahan dan memberi nilai tambah lebih bagi petani.

"Kalau cokelat, kopi dan kelapa, ini kan katakanlah sudah siap ekspor. Maka untuk di bawah 100 hari, bisa ditanam pepaya, kacang, dan juga ternak. Ini yang harus kita tuju besok, mulai dari tanaman 100 hari kita miliki, tanaman jangka panjang juga kita miliki. Ini akan membangun bargain petani menjadi lebih kuat. Kami akan menuju ke sana dengan syarat mulai dari Gubernur sampai tingkat Camat harus bekerja sama," ujar Syahrul. 

Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen kakao peringkat 3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksi kakao tahun 2018 mencapai 593,83 ribu ton.

Sebanyak 380,75 ribu ton kakao berhasil diekspor dengan nilai 1,24 miliar dolar AS. Saat ini, 60 persen areal kakao Indonesia berada di daerah Sulawesi, di mana dari produksi total nasional tersebut, sekitar 95 persen merupakan kakao yang di hasilkan oleh perkebunan rakyat pada areal 1,68 juta hektare.

Baca Juga: Diskusi Kementan dan Alumni IPB, Dorong ABGC Konsolidasi Gerakan Pertanian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI