Gubernur Lemhannas soal Isu Radikalisme di BUMN: Taktiknya Mirip PKI

Sabtu, 07 Desember 2019 | 15:33 WIB
Gubernur Lemhannas soal Isu Radikalisme di BUMN: Taktiknya Mirip PKI
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI Purn. Agus Widjojo. (suara.com/Erick Tanjung)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Agus Widjojo mengatakan bahwa proses penyebaran radikalisme saat ini mirip dengan cara PKI menyusupi TNI.

Melalui video yang diunggah ke kanal YouTube Deddy Corbuzier, Kamis (5/12/2019), Agus juga menanggapi kabar yang menyebut radikalisme telah menyusup di jajaran pegawai BUMN.

Awalnya, purnawirawan perwira tinggi TNI ini mengatakan bahwa paham radikalisme sudah menyusup ke dalam tatanan negara.

"Bukan mulai di hari ini saja, ketika saya di wawancara di sini, ini sudah berlangsung lama," ucap Agus.

Baca Juga: Adegan Ini Jadi Tantangan Arifin Putra di Film Si Manis Jembatan Ancol

Kemudian Deddy Corbuzier menyinggung, "Katanya BUMN sudah disusupi (radikalisme) kan banyak dengar gosip begitu, itu benar tidak?"

"Saya tadi lupa seharusnya saya menulis, di depan papan: saya tidak melayani gosip," jawab Agus yang disambut dengan tawa Deddy Corbuzier.

Agus melanjutkan penjelasannya, "Itu memang harus melalui penelitian, pengkajian, apakah itu intelejen atau Bareskrim. Tetapi kalau dicoba dijangkau secara logika bukan tidak mungkin. Karena ini sudah berjalan lama".

Ia mencontohkan paham radikalisme yang telah menjangkit ke beberapa jajaran pegawai pemerintah.

"Buktinya Kementerian Keuangan, LPDP, ya mungkin BUMN, perguruan tinggi itu juga banyak. Anehnya juga kalangan yang berpendidikan tinggi, mengapa mudah untuk bisa dipengaruhi," ungkap Agus.

Baca Juga: Mantan Istri UAS Curhat: Jutaan Mata Memandangku dengan Arang Hitam

Deddy kemudian bertanya, "Biasanya orang berpikir yang gampang disusupi adalah mereka berpendidikan menengah ke bawah. Tapi ternyata dari jabatan tinggi malah mudah, apakah ada kepentingan lain di luar sana atau cuma cuci otak?".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI