Ganjar Dapat Pengakuan dari Mantan Teroris: Hati-hati Dunia Pendidikan Kita

Jum'at, 06 Desember 2019 | 11:08 WIB
Ganjar Dapat Pengakuan dari Mantan Teroris: Hati-hati Dunia Pendidikan Kita
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di video kanal YouTube Deddy Corbuzier (Screenshot YouTube Deddy Corbuzier)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat pengakuan dari mantan narapidana kasus terorisme (napiter) terkait radikalisme kanan.

Pengakuan itu menyebut bahwa penyebaran radikalisme kanan telah mencapai dunia pendidikan Indonesia.

Hal ini disampaikan Ganjar Pranowo melalui video yang diunggah ke kanal YouTube Deddy Corbuzier, Rabu (4/12/2019).

Awalnya, Deddy Corbuzier menceritakan baru saja berbincang dengan Gubernur Lemhannas Agus Widjojo yang mengatakan radikalisme itu ada di berbagai sektor. Ganjar Pranowo setuju terhadap pernyataan tersebut.

Baca Juga: Maruf Amin Dihina 'Babi', Cuitan Lawas Aa Gym Mendadak Diungkit Lagi

"Ya ada lah, orang kelihatan kok, masih bilang enggak ada. Mas, melihat radikalisme itu ada atau tidak, seperti lihat di depan saya ini Deddy Corbuzier atau bukan," ucap Ganjar.

Menurut Ganjar, radikalisme di Indonesia tidak lagi bisa ditutupi karena pernyataan orang-orang yang terpapar paham teroristik jelas nyata adanya.

Deddy kemudian bertanya terkait isu radikalisme di Jawa Tengah. Ganjar menjelaskan bahwa di daerah yang dipimpinnya juga terjadi aksi radikalisme kanan.

"Ada, yang bunuh diri menjelang lebaran kemarin, ada. Bunuh diri enggak mati. Di Jawa Tengah kurang lebih ada 400 eks napiter," tutur Ganjar.

Ia menceritakan, dirinya sempat diundang dalam acara halal bi halal setelah lebaran oleh para eks napiter itu.

Baca Juga: Alasan Profesi Jurnalis Lebih Beban Mental Dibanding Militer dan Medis

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mendapat pengakuan dari eks napiter tentang penyebaran radikalisme.

Ia menjelaskan bahwa eks napiter dapat mempengaruhi orang hanya dalam waktu 2 jam untuk siap melakukan aksi bunuh diri.

Ganjar menambahkan, "Bagaimana kemudian sebaran itu dilakukan? Jawabannya menarik dan mengejutkan saya. 'Hati-hati pak dengan dunia pendidikan kita'".

Atas dasar itulah, Ganjar meminta catatan intelejen saat menyeleksi kepala sekolah.

"Pada saat saya ingin seleksi kepala sekolah, saya minta pendapat para ahli dan catatan-catatan intelejen, nemu tujuh orang," ujarnya.

Ganjar juga mengatakan bahwa radikalisme bisa masuk ke orang-orang dengan berbagai latar belakang profesi, mulai dari polisi hingga PNS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI