Demikian pula untuk para Kadrun,
Kami bangsa Indonesia sudah nyaman dengan NKRI, demokrasi, Pancasila dan Bhineka tunggal Ika, Bila kalian merasa tidak nyaman, silahkan pergi ke negara negara yang menerapkan syariah dan khilafah. Jangan bikin aturan sendiri."
Sebagaimana antara lain telah dipublikasikan oleh situs kolaborasi Cekfakta.com dengan hasil lengkap verifikasi dimuat oleh laman Turnbackhoax.id, unggahan itu dimuat oleh akun bernama Anggoro Ruwanto pada 29 November 2019. Belakangan, unggahan itu sudah tidak bisa dilihat/diakses atau telah dihapus, namun Turnbackhoax.id telah mengarsipkannya.
Yang pasti, saat di-screeshoot dan dilakukan pengarsipan (sebagaimana gambar terlampir), unggahan itu sudah dibagikan lebih dari 3.000 kali. Lebih jauh, belakangan ditemukan konten itu juga telah dibagikan ulang di media sosial lain, setidaknya seperti dalam utas (thread) di platform Twitter yang juga telah dikumpulkan ini.
Faktanya, konten ini sendiri merupakan hoaks alias kabar palsu yang bukan saja tidak mengandung kebenaran, namun juga sebenarnya merupakan konten hoaks yang masih beredar dan terus diulang selama bertahun-tahun. Pernah ada beberapa modifikasi atau versi berbeda dari hoaks ini, termasuk untuk nama kota atau tempatnya, maupun kalimat narasi tambahan yang menyertai, namun inti kontennya sama.
Baca Juga: Polisi Dapat Gelas Kopi Tertulis Nama Babi, Starbucks Pecat Karyawannya
Thatsnonsense.com, salah satu situs pemeriksa isu-isu di internet, tahun 2018 lalu pun telah menegaskan kembali ketidakbenaran konten ini. Dalam publikasinya itu pula, situs tersebut menyebut bahwa jauh sebelumnya yakni di awal tahun 2015, Pemerintah Kota Dorval yang merupakan sebuah kota kecil di daerah Montreal, Kanada, sudah memberi klarifikasi sekaligus bantahan atas hoaks ini.
Pemerintah Kota Dorval, Kanada, bahkan saat itu sudah memberi penegasan soal tidak benarnya kutipan pernyataan yang beredar tersebut. "Wali Kota ingin meluruskan bahwa tidak pernah dalam situasi apa pun, beliau, maupun salah satu perwakilan Pemerintah Kota, menyampaikan komentar seperti (kutipan yang beredar) itu," tegas mereka dalam pernyataan resmi di situsnya.
Dijelaskan pula bahwa hoaks ini tampaknya sudah beredar lebih lama lagi, termasuk diduga mulai menyebar dan berkembang di Amerika Serikat, serta pernah ada versi yang mengutip pemerintah kota di negara lainnya (Belgia). Untuk versi Belgia ini, situs terkenal pemeriksa fakta Snopes.com pun sudah memberikan jawabannya sejak tahun 2014.
Belakangan, setelah unggahannya di Facebook tersebut di-debunk, Anggoro Ruwanto pada 3 Desember 2019 kemudian mengakui telah menghapusnya, namun sembari mengaku bahwa ia justru mendapatkan "berita resmi" itu dari Google. Berikut keterangan lengkapnya:
Sahabat, posting an Saya ini saya tulis berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari google. Dengan mengetik " mengapa Canada menolak menghilangkan menu babi dari kantin sekolah " bahkan sampai sekarang pun kalau saudara ketik itu, akan keluar beritanya.
Cuma yang aneh, sekarang ada pihak yang mengatakan itu berita hoax sejak tahun 2013 entah dari mana?
Kalau memang hoax kenapa kontennya masih ada sampai saya mengutipnya tgl 20 November 2019 setelah di like 10.000.kali dan dishare 3000 kali.
Cuma sekarang status yang di google di beri tulisan SALAH dalam tanda kurung ( ).
Dalam hal ini saya merasa dipermalukan, karena nanti orang akan berpikir negatif bahwa saya penyebar berita hoax.
Pada hal saya mengutip berita resmi yang waktu itu ada di google.
Baca Juga: Soal Makanan Halal di SEA Games, Hanifan: Bila Hanya Ada Daging Babi, Ya...
Ada apa dibelakang semua ini saya tidak tahu, tapi untuk menghindari hal hal yang rumit, saya hapus postingan saya tersebut.