Suara.com - Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi terus mengingatkan kepada Presiden Joko Widodo dalam kasus penyiraman air keras ke wajah penyidik senior KPK, Novel Baswedan yang hingga kini masih misterius.
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhana menyebut sudah hari ke - 970 belum ada rasa keadilan yang diterima oleh Novel untuk Jokowi melalui intruksinya kepada Kapolri Jenderal Idham Aziz dalam mengungkap kasus Novel.
Apalagi, Intruksi Jokowi sudah diberikan untuk tengat waktu awal Desember 2019 kepada Idham. Namun, belum ada yang bisa disampaikan hingga kini terkait adakah perkembangan kasus Novel.
"Kenyataannya tidak ada sama sekali perkembangan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi untuk mengungkap siapa aktor di balik penyerangan Novel Baswedan," ujar Kurnia melalui keterangan tertulis, Selasa (3/12/2019).
Baca Juga: Mobil Jeep Berstiker Dukung Novel Baswedan Muncul di Acara Reuni 212
Adapun, Penyerangan Novel Baswedan pada tanggal 11 April 2017 hingga tepat hari ini, Jokowi telah mengeluarkan 15 pernyataan mengenai kasus tersebut.
"Itu salah satunya yaitu pada tanggal 31 Juli 2017 melalui Twitter resmi Presiden Joko Widodo. Ia memberikan pernyataan bahwa pengusutan kasus Novel Baswedan terus mengalami kemajuan," ujar Kurnia
Namunn pada awal Desember 2018, Presiden Jokowi seolah-olah menutup mata dengan kerja-kerja kepolisian yang tidak dapat menemukan aktor penyiraman akhir keras yang menimpa Novel Baswedan.
"Alih-alih bersikap realistis terhadap proses pengusutan kasus yang dinilai sulit oleh kepolisian, Presiden Jokowi tidak pernah melakukan evaluasi terhadap tim yang dibentuk oleh kepolisian. Setidaknya terdapat tiga tim yang sudah dibentuk oleh kepolisian," kata Kurnia
Untuk tim pertama, dibentuk oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada 12 April 2017. Itupun tim gabungan dari Polres Jakarta Utara, Polda Metro Jaya, dan Mabes Polri.
Baca Juga: Polisi Berpeluang Hentikan Laporan Dewi Tanjung Soal Kasus Novel Baswedan
Itupun, selama proses pengungkapan kasus, Kapolda Idham Azis menyampaikan bahwa telah ada 166 orang yang terlibat dalam Satgasus dengan memeriksa 68 orang saksi, 38 rekaman CCTV, dan 91 toko penjual bahan-bahan kimia pertanggal 14 Maret 2018.