Kisah Penyandang Disabilitas Merentas Kemandirian

Suwarjono Suara.Com
Senin, 02 Desember 2019 | 22:28 WIB
Kisah Penyandang Disabilitas Merentas Kemandirian
Hari Disabilitas Nasional di Jakarta
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Orang bilang saya terlalu keras mendidik anak saya, terlalu memaksakan keinginan saya. Padahal sesungguhnya saya hanya ingin dia bisa mengatasi rasa takutnya, saya ingin dia mandiri," kata Maria Yustina (53) saat ditemui di acara Gerak Jalan Hari Disabilitas Internasional 2019 di area Car Free Day Stadion Gelora Bung Karno, Minggu.

Dengan mata menerawang, perempuan berkaca mata ini mengisahkan bagaimana ia jatuh bangun mengasuh dan membesarkan Stephanie. Fani, demikian Stepahie biasa disapa, adalah penyandang disabilitas intelektual yang telah menjuarai berbagai kejuaraan renang di tingkat nasional dan internasional, atlet bowling, dan juga pemain piano yang pernah meraih rekor MURI bermain piano selama 22 jam non stop. 

"Awalnya saya takut apakah saya mampu membimbing dia menuju kemandirian. Saya berpikir keras bagaimanapun caranya. Paling tidak bisa harus bisa mengurus dirinya sendiri," kata Yustina. 

Bagi perempuan asal Pasuruan, Jawa Timur ini, rasa takut itu baik karena setelah itu kita mencari solusinya, mencari cara untuk mengatasi rasa takut itu. 

Baca Juga: 5 Berita Kesehatan: Saat Disabilitas Menyelam, Wapres Bicara Sanitasi

"Saya mengajarkan Stephanie berenang sejak 1,5 tahun, mengenalkannya pada musik piano. Keduanya saya ajarkan sendiri. Baru usia 8 tahun mulai les renang dan main piano," katanya. 

Perjuangan mulai membuahkan hasil saat Stephanie mulai meraih berbagai kejuaraan renang.  Sampai pada satu titik ia tenggelam saat mengikuti salah satu perlombaan. 

"Tiga tahun dia mengalami trauma. Tidak mau berenang sama sekali. Tidak mau menyentuh kolam renang," kata Yustina dengan mata berkaca-kaca. 

Namun ibu tiga anak ini tak menyerah. Ia menggendong putrinya kembali ke tengah arena renang. Di tengah kolam renang yang ramai pengunjung ia menuntun Stephanie menyentuh air dan merasakan kembali bagaimana atmosfer dalam sebuah pertandingan.

"Pada titik ini banyak orang bilang saya memaksakan kehendak sendiri. Tidak kasihan pada anak sendiri. Tapi saya punya keyakinan kuat, Stephanie pasti bisa," ujarnya. 

Baca Juga: Sambut Hari Disabilitas Internasional, Diveable Ajak Para Tuli Menyelam

Segala usaha tersebut membuahkan prestasi yang bertubi-tubi. Fani, nama panggilan Stephani, meraih medali emas di Special Olympics World Summer Games di Athena, Yunani, 2011. Fani adalah peraih medali emas pertama untuk Indonesia di cabang Renang saat itu. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI