Suara.com - Semakin terdesaknya habitat Gajah Sumatera diduga menjadi penyebab konflik dengan manusia di Provinsi Aceh. Dari catatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh hampir 85 persen habitat gajah Sumatera berada di luar kawasan konservasi hutan.
“Potensi terjadinya konflik gajah dengan manusia sering terjadi karena sempitnya habitat gajah di Provinsi Aceh, dan juga menjadi penyebab utama pemicu konflik,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto seperti dilansir Antara di Aceh Timur pada Minggu (1/12/2019).
Dalam upaya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap satwa liar tersebut, Agus mengemukakan diperlukan peran berbagai pemangku kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta dan semua elemen masyarakat.
BKSDA Aceh mengharapkan dukungan dan peran dari berbagai pihak dalam penanggulangan permasalahan konflik gajah liar dengan manusia di provinsi setempat sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :P.48/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa Liar.
Baca Juga: Kawanan Gajah Mengamuk dan Rusak 14 Rumah Warga Aceh
“Serta Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor 522.51/1097/2015 tentang pembentukan satuan tugas penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar Provinsi Aceh,” katanya.
Sebelumnya, kematian gajah kembali terjadi di Aceh, tepatnya di area perkebunan Afdeling 1 Keramat PT Atakana di Desa Seumanah Jaya Kecamatan Rantau Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
BKSDA Aceh kemudian melakukan nekropsi dan mengambil beberapa sampel dari bangkai gajah sumatera tersebut untuk dikirim ke Puslabfor Polri.
"Hingga kini Balai KSDA Aceh masih menunggu hasil pengujian sampel dari Puslabfor Polri untuk mengetahui penyebab kematian satwa liar gajah tersebut," katanya. (Antara)
Baca Juga: Polres Aceh Timur Selidiki Kematian Gajah yang Diduga Tewas Akibat Racun