Cerita Pembuat Sabun Cuci Asal Garut yang Dibeli Jokowi Rp 2 Miliar

Kamis, 28 November 2019 | 08:24 WIB
Cerita Pembuat Sabun Cuci Asal Garut yang Dibeli Jokowi Rp 2 Miliar
Asep pembuat sabun cuci asal Garut penerima program PKH yang dipesan Jokowi Rp 2 miliar. (Suara.com/Welly Hidayat)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asep masih tak menyangka, pembuat sabun cuci dari kelompok usaha Program Keluarga Harapan (PKH) di Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat bakal maju seperti saat ini. Suami dari Eliliawati itu mendapat undangan untuk hadir di acara 'Appreciation Day' tahun 2019 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Asep yang ditemui wartawan Suara.com menceritakan awal mula ia dan istrinya membuat produk pembersih peralatan makanan yang kini sudah memiliki brand bernama 'Padawangi'.

Dalam acara di Makassar itu, sejatinya Asep hanya mewakili sang istri yang tidak bisa hadir karena baru saja melahirkan. Di mana acara pemberian penghargaan PKH itu merupakan salah satu program dari Kementerian Sosial.

"Untuk istri nggak hadir, baru melahirkan. Jadi saya wakilkan untuk hadir ke sini," kata Asep saat ditemui di Hotel Clora, Makasar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/11/2019).

Baca Juga: Gelar PKH Appreciation Day, Kemensos Apresiasi Kinerja SDM PKH

Asep menceritakan awal mula istrinya mencoba berwirausaha membuat sabun cuci. Di mana pada mulanya harus bersusah payah mencari modal. Usaha itu digelutinya sejak 2012.

"Dari awal juga sudah apa namanya, udah punya tekad dan niat yang kuat, untuk berwirausaha," ujar Asep membuka cerita.

Asep menyebut dulu memang ada program PKH, namun program tersebut belum merata dan hanya melalui kantor Pos. Saat itu, Asep dan istri masih takut ikut dalam program PKH.

"Dulu juga ada PKH tapi pembagiannya lewat kantor pos ngantri, itu kan kelihatan jadi pada malu dan takut," ujar Asep.

Kemudian Asep dan istrinya, mencoba mengawali usahanya di Banjarwangi dengan melakukan pengumpulan modal bersama warga dengan cara menabung. Di mana saat itu istrinya Liliawati ditunjuk sebagai ketua dalam berwirausaha bersama warga lainnya.

Baca Juga: Kemensos Bakal Modifikasi Program PKH dan BPNT Guna Tekan Kemiskinan

"Tahun ke tahun kan istri saya jadi ketuanya, tiap anggota suka menabung pas pencairan untuk niat berwirausaha tercapai. Karena saat itu kan terbentur modal," ungkap Asep.

Kurang lebih empat tahun sejak 2012 sampai 2016, Asep bersama istri dan warga sekitar mulai cukup mengumpulkan modal.

Setelah modal dianggap cukup, sang istri Liliawati mendapatkan inspirasi, bagaimana modal yang dikumpulkan bersama warga untuk membuat bahan cuci piring.

Inspirasi membuat sabun cuci muncul saat Liliawati melihat saudaranya yang bekerja di bahan baku sabun. Meski demikian, awal-awal mereka mendapati ada saja hambatan kegagalan. Namun, Asep maupun istri serta warga tetap bertahan untuk membuat sabun cuci.

"Waktu itu 2018 dicoba, awalnya banyak kegagalan. Tapi alhamdulillah, bisa berusaha," ungkap Asep.

Di tengah usaha yang mulai beranjak, Liliawati bersama warga yang sudah tergabung dalam PKH ternyata masih memerlukan dana.

Keburuntungan pun mulai mendatangi istri Asep bersama kelompok ibu-ibu PKH di Banjarwangi. Di mana saat itu ada kunjungan dari Pemkab Garut guna mencari informasi dalam pemasaran dan produksi wirausaha di daerah. Yang mana saat itu akan ada digelar pameran wirausaha di Garut.

Hingga kemudian, kelompok PKH Bajarwangi mengikuti pameran tersebut.

Ketika itu, pameran PKH di Garut turut dihadiri Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 19 Januari 2019 lalu.

"Secara kebetulan diapresiasi oleh Presiden Jokowi," kata Asep.

Asep mengaku awalnya tak pernah memiliki harapan untuk Presiden Jokowi bisa membeli produk sabun cuci dari warga Banjarwangi.

"Saat itu nggak ada harapan buat dibeli. Cuma mungkin ini usaha presiden dalam hal pemberdayaan," kata Asep lagi.

Ketika itu, Presiden Jokowi memesan Rp 2 miliar untuk pembuatan sabun cuci perlengkapan rumah tangga. Untuk memenuhi pesanan itu, Asep mengaku butuh warga satu kampung di Banjarwangi untuk memenuhinya.

"Kalau dulu pesanan khusus pak Jokowi perlu orang sekampung. Sebanyak 100.000 botol sabun sudah terpenuhi. Alhamdulillah," kata Asep.

Usai mendapat pesanan Rp 2 miliar dari Presiden Jokowi. Asep bersama istri dan warga lantas mendirikan koperasi mandiri setelah memastikan keluar sebagai kelompok penerima PKH.

"Kami bentuk koperasi, jadi dialihkan untuk bahan baku. Awal nggak punya modal dan sekarang punya modal," ujar dia.

Saat ini, kata Asep, usaha sabun cuci buatan warga sudah berjalan baik. Produk-produknya kini telah dipasarkan di seluruh daerah Banjarwangi. Proses pembuatannya kini juga sudah menggunakan mesin.

"Sekarang sudah beli dua mesin, kalau mesin kapasitasnya tidak besar. Karena waktu kemarin banyak yang mengerjakan, sebenarnya lebih mudah pakai manual," kata Asep.

Sabun cuci yang dibuat warga Banjarwangi berukuran 450 mililiter dan ada juga yang satu liter. Di mana harganya dijual per satuan yakni Rp 10 ribu.

"Kalau merek lain Rp 15 ribu kan. Jadi kan selisihnya lumayan. Masa sih sudah segini nggak mau dipakai sendiri, dan kualitasnya juga nggak jauh beda," kata Asep.

Ke depan, Asep bersama warga berencana membuat sabun cuci dalam kemasan sachet. Hanya saja, dirinya tidak merinci berapa keuntungan yang diperoleh dari usaha sabun cuci tersebut.
Ia hanya menyebut cukup banyak pesanan terhadap produk sabun cuci hasil buatan warga Banjarwangi.

"Kami, nggak ukur besarnya, kadang kalau banjir pesanan ada, kalau kurang sepi. Tapi, tiap bulan alhamdulillah ada pesanan. Meskipun belum maksimal. Tapi harapannya bisa lebih baik lagi," imbuh Asep.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI