Tak Ada Hotel di Desain Awal, Jakpro: Butuh Investasi untuk Perawatan TIM

Selasa, 26 November 2019 | 12:40 WIB
Tak Ada Hotel di Desain Awal, Jakpro: Butuh Investasi untuk Perawatan TIM
Pekerja menyelsaikan atap gedung Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (28/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rencana pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM) menimbulkan polemik. PT Jakarta Propertindo (Jakpro) mengakui desain awal revitalisasi pusat kebudayaan itu tidak tercantum pembangunan hotel.

Corporate Secretary Jakpro, Hani Sumarno, mengatakan saat sayembara desain TIM yang dimenangkan arsitek Andra Martin, hotel tidak direncanakan untuk dibangun. Setelah itu pihak Jakpro memiliki pertimbangan sendiri untuk memasukan pembangunan hotel.

"Pada awal ketika sayembara memang memang tidak ada hotel. Tapi kemudian melihat bahwa PKJ akan menjadi pusat kesenian untuk lingkungan yang lebih besar maka diramu lagi," ujar Hani saat dihubungi, Selasa (26/11/2019).

Menurut Hani, desain awal yang tidak ada hotelnya itu dipertimbangkan kembali dan dikaji pihaknya. Ia mengatakan pertimbangan paling penting adalah menjaga keberlangsungan TIM setelah revitalisasi rampung.

Baca Juga: Bangun Hotel di TIM, Pemprov DKI Sebut Akan Untungkan Seniman

"Namanya juga desain. Belum kemudian disaingkan, dengan bagaimana kemudian pemanfaatan atau kemudian utilitas ketika desain itu jadi," jelasnya.

Karena itu Jakpro, kata Hani, memilih untuk memasukan unsur investasi untuk perawatan TIM hasil revitalisasi. Dengan demikian, maka pembiayaan bisa disokong dengan bisnis hotel itu salah satunya.

"Untuk merawat dan untuk bisa menjadikan tempat ini bisa berusia panjang sampai 50 tahun misalnya, itu kan perlu ada investasi, perlu ada proses pada kegiatan industri yang harus dimuat," pungkasnya.

Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta membenarkan adanya penolakan dari para seniman soal pembangunan hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pembangunan itu dianggap merugikan para seniman yang kerap berkarya di pusat kebudayaan itu.

Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan, Dadang Solihin mengakui penolakan itu diutarakan para seniman saat ia menjadi pembicara di acara diskusi beberapa waktu lalu. Belakangan acara itu viral di media sosial karena video cek cok antara Dadang dengan para seniman tersebar.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Diingatkan Supaya Tak Ngasal Bongkar Jalur Sepeda

Dadang mengatakan penolakan para seniman terjadi karena merasa tidak dilibatkan dalam perencanaan itu. Mereka, kata Dadang, ingin berbicara dengan pihak yang menjalankan rencana revitalisasi TIM, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI