Suara.com - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan buka suara soal rencana pembangunan hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki (TIM). Anies mengklaim yang dibangun bukan hotel, melainkam wisma.
Rencana pembangunan hotel ini terungkap karena para seniman di TIM menolak pembangunannya. Ketika dipertegas lagi oleh awak media perihal yang dibangun hotel atau wisma, Anies kembali menegaskan, yang didirikan adalah wisma.
"Wisma seniman iya, ya itu namanya wisma seniman. Itu arahnya pada wisma seniman," ujar Anies di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2019).
Anies mengatakan, nantinya wisma itu akan dipakai para seniman yang datang dari luar negeri hingga kota. Dengan demikian, TIM sebagai pusat seni bisa mengakomodir orang-orang yang berkunjung.
Baca Juga: Anies Sudah Tegur Anak Buahnya yang Marah ke Seniman TIM
"Ada delegasi seniman datang dari Rusia, datang dari Shang Hai, Tokyo. Mereka datang ke sini datang bawa akomodasi kan. Pilihannya mau diinapkan di mana mereka. Mau diinapkan di luar atau di dalam. Justru paket dukungan itu harus lengkap," kata Anies.
Mantan Mendikbud ini lantas menyamakan wisma seniman dengan wisma atlet di Senayan. Menurutnya atlet-atlet yang akan bertanding diinapkan di wisma itu untuk melakukan persiapan.
"Seperti wisma atlet, kalo di Senayan dulu ada wisma atlet untuk siapa? atlet yang berkegiatan di sekitar Senayan. Inipun ada wisma seniman. Wisma di mana para seniman bisa berada disana selama 24 jam dari seluruh dunia, dari seluruh indonesia," tuturnya.
Keterangan Anies ini berbeda dengan yang disampaikan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pelaksana revitalisasi TIM. Corporate Secretary Jakpro, Hani Sumarno mengatakan wisma tetap ada dan bukan bagian dari hotel.
"Kemudian soal wisma, itu wisma ada. Itu sudah ada. Jadi fokusnya hotel tuh bukan fokus utamalah gitu. Kecil banget bagiannya," ujar Hani.
Baca Juga: Pemprov DKI Mau Bangun Hotel di TIM, Djarot: Apa Urgensinya Buat Seniman?
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta membenarkan adanya penolakan dari para seniman soal pembangunan hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pembangunan itu dianggap merugikan para seniman yang kerap berkarya di pusat kebudayaan itu.
Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan, Dadang Solihin mengakui penolakan itu diutarakan para seniman saat ia menjadi pembicara di acara diskusi beberapa waktu lalu. Belakangan acara itu viral di media sosial karena video cek cok antara Dadang dengan para seniman tersebar.
Dadang mengatakan penolakan para seniman terjadi karena merasa tidak dilibatkan dalam perencanaan itu. Mereka, kata Dadang, ingin berbicara dengan pihak yang menjalankan rencana revitalisasi TIM, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
"Kalau yang hadir di situ menolak, menolaknya itu sebetulnya mereka menanyakan kenapa tidak diajak ngomong dulu, lalu mengapa pengelolaanya ke Jakpro," ujar Dadang saat dihubungi, Senin (25/11/2019).