Suara.com - PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku penggarap proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) buka suara soal pembangunan hotel yang menuai polemi. Lahan yang akan digunakan untuk membangun hotel disebut hanya sebesar 4,1 persen dari total luas lahan TIM.
Corporate Secretary Jakpro, Hani Sumarno, meminta para seniman tak perlu khawatir soal pembangunan hotel itu. Menurutnya selain hotel, di lahan seluas 3000 meter itu juga akan dibangun fasilitas lainnya.
"Nah itu luas yang digunakan itu hanya 3000 meter persegi. 3000 m dari 72.551 m (total luas lahan TIM) berapa persennya. Cuma 4,1 persen," ujar Hani saat dihubungi, Senin (25/11/2019).
Selain itu, Hani menyebut pembangunan hotel itu nantinya hanya akan menggunakan 60 persen lahan dari 3000 meter itu. Di lahan itu, akan dibangun fasilitas seperti perpustakaan dan pusat kebudayaan HB Yasin.
Baca Juga: Viral Video Deputi Anies Baswedan Bentak Seniman Senior saat Diskusi TIM
"Hotel cuma 60 persen dari total 4,1 persen lahan yang digunakan. Yang diutamakan perpustakaan. Hotel ada di atas perpustakaan," jelasnya.
Ia kemudian membantah jika pihaknya disebut hanya fokus untuk membangun hotel demi kepentingan bisnis. Fokus utama pihaknya adalah membuat pusat industri yang lebih modern dari sekarang dengan hotel sebagai tambahannya.
"Kami bangun ini kawasan pusat kesenian, bukan hotel (saja). Kawasan seluas ini yang digunakan untuk memuliakan pegiat seni," pungkasnya.
Sebelumnya Pemprv DKI Jakarta membenarkan adanya penolakan dari para seniman soal pembangunan hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pembangunan itu dianggap merugikan para seniman yang kerap berkarya di pusat kebudayaan itu.
Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan, Dadang Solihin mengakui penolakan itu diutarakan para seniman saat ia menjadi pembicara di acara diskusi beberapa waktu lalu. Belakangan acara itu viral di media sosial karena video cek cok antara Dadang dengan para seniman tersebar.
Baca Juga: Pemprov DKI Pastikan Jabatan Eselon untuk Camat dan Lurah Tidak Dihilangkan
Dadang mengatakan penolakan para seniman terjadi karena merasa tidak dilibatkan dalam perencanaan itu. Mereka, kata Dadang, ingin berbicara dengan pihak yang menjalankan rencana revitalisasi TIM, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
"Kalau yang hadir di situ menolak, menolaknya itu sebetulnya mereka menanyakan kenapa tidak diajak ngomong dulu, lalu mengapa pengelolaanya ke Jakpro," ujar Dadang saat dihubungi hari ini.