SWRO Belum Uji Air Mengandung Minyak Tumpah di Kepulauan Seribu

Kamis, 21 November 2019 | 17:35 WIB
SWRO Belum Uji Air Mengandung Minyak Tumpah di Kepulauan Seribu
Teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) diresmikan di Pulau Payung, Kabupaten Kepulauan Seribu, Rabu (20/11/2019). [Suara.com/Fakhri Fuadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Instalasi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang dibangun di Kepulauan Seribu memungkinkan masyarakat bisa mengonsumsi air laut. Namun, teknologi tersebut ternyata belum bisa menyuling air laut jika tercemar tumpahan minyak.

Perairan Kepulauan Seribu sudah pernah tercemar tumpahan minyak atau pek pada Agustus lalu. Sumber tumpahan minyak tersebut berasal dari kilang minyak milik Pertamina yang berada di kawasan Karawang, Jawa Barat.

Pembersihannya juga memakan waktu lama hingga berbulan-bulan. Akibat kejadian itu, tujuh pulau di Kepulauan Seribu tercemar minyak tumpah.

Direktur Utama (Dirut) PAM Jaya Prayitno Bambang Hernowo mengatakan, pihaknya belum menguji untuk mengolah air tercemar minyak melalui SWRO. Menurutnya, SWRO belum dilengkapi alat untuk menyuling air yang terkontaminasi tumpahan minyak.

Baca Juga: Kepulauan Seribu Kini Punya Instalasi agar Air Laut Bisa Diminum

"Air baku yang terkontaminasi oleh minyak itu kita belum masukan sebagai yg harus kita olah. Kalo emang ada kejadian seperti itu, kita harus menambahkan alat lagi ya. Tapi itu belom pernah diuji ya," ujar Prayitno di Pulau Ayer, Kepulauan Seribu, Kamis (21/11/2019).

Berkaitan dengan kejadian tumpahan minyak di Karawang, Prayitno menyebut SWRO sudah diuji coba sejak bulan Agustus. Namun ia menyebut belum ada keluhan dari pengelola SWRO soal adanya kandungan minyak di air baku.

"Sudah jalan di bulan Agustus itu tidak ada yang namanya keluhan dari operator atau kru kita karena kemudian air bakunya tidak bisa kita olah," kata Prayitno.

Selain itu, pihaknya menyebut selalu melakukan pemeriksaan rutin pada air hasil olahan SWRO itu. Setiap dua jam, kata Prayitno, ada pemeriksaan mengenai parameter tertentu seperti kekeruhan, ph, pds, dan kualitas dari air yang dihasilkan.

Ada juga pemeriksaan air untuk parameter menyeluruh yang dilakukan setiap dua pekan. Hasilnya, Prayitno mengatakan air yang diolah selalu memiliki indeks kualitas yang baik untuk dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga: DKI Siapkan Rp 100 Miliar Buat Pengolahan Air Laut di Kepulauan Seribu

"Artinya kita memastikan standar permenkes itu sudah bisa terjamin oleh keluaran pipa SWRO itu," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI