Perubahan Sosial Paska Meningkatnya Selfish Gene Pada Manusia

Sofyan Suara.Com
Kamis, 21 November 2019 | 10:53 WIB
Perubahan Sosial Paska Meningkatnya Selfish Gene Pada Manusia
Seminat Universitas Tarumanegara (Yugih Setyanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kehidupan bernegara saat ini terancam. Bukan oleh penjajah atau antek asing, melainkan oleh hadirnya kemajuan teknologi komunikasi. Sebab, teknologi komunikasi menghadirkan kemudahan komunikasi yang menyebabkan berkurangnya rasa kemanusiaan dan humanisme di era digital. 

Keberadaan manusia kini telah dianggap sebagai alat dan kehilangan sisi kemanusiaan. Dia tidak lagi menentukan dirinya merdeka karena dirinya sangat tergantung pada mesin. Itulah sebabnya, kini marak manusia menciptakan hoaks dan aneka kebohongan.

“Penyebabnya, karena manusia mampu menyembunyikan identitas dirinya di dunia maya,” kata Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo dalam kegiatan Seminar Nasional bertajuk “Perubahan Lingkungan dan Dinamika Komunikasi Kontemporer”, yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara di Jakarta.

Aneka hoaks dan kebohongan tadi, tentu saja akan dapat melahirkan ketidaknyamanan dalam berbagai hal, terutama tingkat egoisme manusia dalam bernegara dan beragama. “Terjadi penguatan eksklusifitas dalam beragama,” kata pria yang akrab disapa Romo Benny ini.

Seminar Universitas Tarumanegara
Seminar Universitas Tarumanegara

Hal ini terjadi berkat sedikitnya persinggungan hubungan manusia dengan sesamanya, sehingga manusia menganggap segala hal di sekitarnya menjadi tak penting.

Hal senada dikatakan oleh Ketua Asosiasi Program Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) sekaligus Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Muhamad Sulhan, S.IP., M.Si, yang juga tampil sebagai pembicara dalam acara ini.

Fenomena manusia menganggap dirinya menjadi yang terpenting ini merupakan ‘gen egois’ dalam diri manusia atau dikenal sebagai selfish gene.

“Akulah orang pertama yang mem-buzz karena takdir manusia memang ingin menjadi yang nomor satu,” kata Sulhan.

Kebutuhan menjadi pemenang inilah yang kemudian menciptakan manusia sibuk melakukan kegiatan framing atau pembingkaian segala sesuatu di sekitarnya. 

Pembicara lainnya yakni Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara selaku Pakar Komunikasi Keberagaman Dr. Riris Loisa, M.Si, menyatakan bahwa meningkatnya tingkat keegoisan manusia tadi didukung pula oleh adanya perubahan lingkungan media saat ini.

Interaksi dalam teknologi yang intens, akan mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi persepsi, pemahaman, perasaan dan nilai. “Apa yang wajar dan tidak wajar akan dapat bergeser maknanya,” ujar Riris. 

LAPORAN: YUGIH SETYANTO

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI