Suara.com - Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menjelaskan kesalahan Sukmawati berkaitan dengan pidatonya yang dianggap menista agama. Ia juga mengungkap perbedaan Sukmawati dengan sosok Soekarno.
Melalui kicauan yang diunggah ke akun Twitter @Fahrihamzah, Selasa (19/11/2019), Fahri menjelaskan bahwa anak dan cucu Soekarno dari Fatmawati memang memiliki peran dan akar Islam yang kuat.
"Anak-anak Bung Karno yang berperan kebanyakan adalah putri dan cucu Bu Fatmawati yang punya akar Islam Sumatera yang kuat. Bung Karno sendiri. Selama pelarian di Sumatra terpengaruh paling kuat dengan ide Islam. Beliau akhirnya menjadi guru di perguruan Muhammadiyah," ucap Fahri Hamzah.
Ia kemudian menjelaskan kelebihan Soekarno yang dapat bersahabat dengan para pemimpin dari berbagai negara.
Baca Juga: Serangan Udara Sasar Pabrik Biskuit di Libya, 10 Orang Tewas dan 35 Luka
Fahri mengatakan, "Kelebihan Bung Karno adalah karena ia membaca semua hal. Masa-masa dalam penjara membuat beliau punya banyak waktu membaca buku khazanah Timur, Barat dan Islam. Di timur dia bersahabat dengan para pemimpin-pemimpin negara Asia-Afrika dan di Barat ia menjadi sahabat pemimpin negara-negara Amerika".
Bung Karno juga dianggap sebagai pahlawan di negara-negara Islam di Timur Tengah. Ini berdasarkan cerita Fahri saat berkunjung dan menemukan nama Soekarno yang diabadikan menjadi nama jalan di sana.
Pria yang mendirikan Partai Gelora ini berpendapat bahwa akar Islam Soekarno belum banyak terungkap.
"Sebenarnya ada problem “perebutan identitas” pada diri Bung Karno. Orang-orang merasa bahwa Bung Karno mewakili pikirannnya. Beliau dianggap kiri, kadang-kadang kanan, marhaen, Islam dll. Tapi sangat disayangkan bahwa akar Islam beliau kurang terungkap, 'Dari rumah Tjokro sampai Sumatera'," menurut Fahri.
Ia kemudian menyarankan, "kepada anak dan cucu Bung Karno agar sedikit ke tengah. Jangan terlalu ke kiri. Seperti Mbak puan, akar Islam sumateranya lebih kuat karena Pak Taufik Kiemas ayah beliau adalah anak keturunan Masyumi. Akan menarik menyaksikan varian baru itu".
Baca Juga: Soal Pelantikan Ketua KPK, Polri: Biarkan Firli Fokus Dulu jadi Kabaharkam
Kontroversi pidato Sukmawati, menurut Fahri patut dijadikan contoh pelajaran tidak hanya bagi anak dan cucu Soekarno, tapi juga kita semua.
"Akhirnya, kasus pidato Sukma yang kontroversial yang justru bertepatan pada hari kita merayakan ke-107 ulang tahun Muhammadiyah adalah pelajaran penting tentang warna Islam proklamator kita itu. Tidak saja anak cucunya, kita pun perlu belajar lagi. Agar jangan salah," ucapnya.
Menurut Fahri, kesalahan Sukmawati adalah karena tidak mengerti beda antara Nabi sebagai utusan Tuhan dan tokoh negara pada umumnya.
"Itulah beda anak dengan bapak. Soekarno adalah negarawan besar sementara Sukma dalam kebingungan besar. Mari kita perbanyak bacaan. Mari ambil pelajaran," kata Fahri.
Sebelumnya, Sukmawati Soekarnoputri, putri Presiden Pertama RI Soekarno dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas kasus dugaan penistaan agama, Jumat (15/11/2019) terkait pidatonya dalam sebuah diskusi bertema "Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkap Radikalisme dan Berantas Terorisme”.
Laporan tersebut tertuang dalam nomor LP/7393/XI/2019/PMJ/Dit.Reskrimum tanggal 15 November 2019. Adapun pasal yang disangkakan dengan Pasal 156A Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP.
Salah satu pelapor Sukmawati yakni seorang advokat bernama Ratih Puspa Nusanti yang merupakan salah satu anggota Koordinator Bela Islam (Korlabi). Dalam laporan tersebut tercatat pula Novel Bamukmin sebagai salah satu saksi.