Suara.com - Belum lama ini publik digegerkan dengan berita seorang turis dipenjara gara-gara membawa tiga botol cairan yang diduga narkoba. Namun betapa terkejutnya orang-orang saat mengetahui bahwa cairan tersebut merupakan madu.
Dilansir Suara.com dari laman The Sun, Selasa (19/11/19), turis asal Amerika yang diketahui bernama Leon Haughton ini diringkus oleh polisi usai berlibur di Jamaika.
Kepolisian menemukan tiga botol cairan yang diduga merupakan narkoba, padahal nyatanya barang bawaan turis tersebut merupakan oleh-oleh dari Jamaika.
Kejadian berawal ketiak leon kembali dari liburannya di Jamaika. Dirinya memiliki agenda satu tahun sekali berkunjung ke kediaman ibunya di Jamaika.
Baca Juga: Wisatawan Asing Jepang Meningkat, Kebutuhan Wifi untuk Eksis Harus Kuat
Sesampainya di Baltimore Wahington Airpot, mendadak Leon diamankan oleh pihak kepolisian. Kemudian anjing pelacak milik petugas TSA (Transportation Security Administration)mulai mengendus barang bawaan Leon.
Dirinya berasumsi, anjing pelacak TSA itu tertarik bau ayam goreng KFC yang dibawanya.
Uniknya, anjing itu ternyata tertarik pada 3 botol cairan yang dibawa Leon dalam tas.
"Mereka (TSA) bilang, saya akan dituntut karena membawa Metamphetamine. Saya sendiri bingung apa itu Methaphetamine?" tutur Leon kepada ABC 7.
Anehnya lagi, petugas TSA tiba-tiba menyatakan bahwa cairan itu merupakan narkoba. Pria itu lantas diborgol dan dibawa menuju penjara Maryland.
Baca Juga: Destinasi Berikut Tidak Disarankan untuk Wisatawan, Ada dari Indonesia
Dirinya dipenjara selama lebih dari dua bulan, dan beresiko terkena hukuman 25 tahun penjara.
Tetapi, setelah tes laboratoriun kedua di Georgia belakangan, Leon terbukti tidak bersalah karena cairan yang dibawanya bukan narkoba melainkan madu.
Akhirnya Leon dibebaskan dari tuntutan hukuman, namun sayang dirinya terlanjur kehilangan pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih serta pekerja konstruksi.
Dirinya juga kehilangan tunjangan serta asuransi, padahal Leon bertanggung jawab menafkahi 6 orang buah hatinya.
Leon mengaku trauma untuk melakukan traveling lagi. "Mereka menempatkanku di neraka. Aku hanya ingin dunia tahu, bahwa sistem ini tak benar," sebut Leon.
Lalu bagaimana dengan tanggung jawab pihak TSA? Sayang, pihak TSA menolak dugaan kesalahan dari pihak mereka kepada Leon.
"Tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh pihak agency manapun," sebut salah seorang perwakilan dari TSA dalam sebuah pernyataan.
Wah, semoga kejadian yang menimpa turis usai traveling ini tak terjadi lagi ya.