HNW: Untung Proklamator Indonesia Bung Karno, Bukan Sukmawati

Jum'at, 15 November 2019 | 10:09 WIB
HNW: Untung Proklamator Indonesia Bung Karno, Bukan Sukmawati
Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid (Suara.com/Ria)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nuw Wahid (HNW) merasa beruntung, Indonesia memiliki proklamator Presiden Soekarno bukan Sukmawati Soekarnoputri.

Bukan tanpa alasan, menurut HNW, Presiden RI pertama Soekarno meneladani junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW.

Bung Karno juga dinilai mengakui kepemimpinan Nabi Muhammad yang tidak ada tandingannya.

Pernyataan tersebut disampaikan HNW melalui jejaring Twitter pribadinya @hnurwahid.

Baca Juga: Presiden Serahkan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah 2020 untuk Jabar

"Untungnya Bapak Bangsa & Proklamator Indonesia bukan Sukmawati, tapi adalah Bung Karno. Tokoh yang sangat akui Nabi Muhammad SAW, dan nyatakan kita sebagai Umat Islam, harus katakan Muhammad adalah Pemimpin Besar & Terbesar, tak ada Pemimpin yang lebih besar dari Muhammad SAW”.#JasMerah," cuit HNW, Jumat (15/11/2019).

HNW mengacu dua artikel bertajuk "Sukmawati Sebut Soekarno Lebih Berjasa dari Nabi Muhammad SAW?" dan "Bung Karno: Muhammad Pemimpin Terbesar".

Sebelumnya diketahui, putri Ir Soerkarno Sukmawati Soekarnoputri menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme’, Senin (11/11/2019).

Sukmawati meminta pemerintah untuk menghalau kelompok-kelompok berpaham radikal dengan merujuk pada pedoman Hak Asasi Manusia (HAM).

Pada kesempatan tersebut, Sukmawati sempat berseloroh ihwal sosok yang berjasa terkait kemerdekaan Indonesia. Kepada para peserta diskusi, Sukmawati bertanya, siapa yang berjasa merebut kemerdekaan: Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Wagub Jabar : Hari Aksara Internasional Jadi Momentum Berantas Buta Huruf

Ia pun mengaku sebagai saksi hidup terorisme di Indonesia ketika Bung Karno diserang oleh kelompok terorisme dengan granat dalam tragedi di Perguruan Cikini (Percik) pada 30 November 1957.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI