Suara.com - Lembaga Survei Indonesia Denny JA mengungkapkan, kepercayaan publik terhadap tokoh-tokoh ulama di Indonesia menurun setelah kontestasi Pilkada 2017 dan Pemilu 2019 yang cukup sering melibatkan agama di dalamnya.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menjabarkan, dalam jajak pendapat mereka pada Juli 2018, sebesar 91,3 persen masyarakat masih percaya terhadap imbauan tokoh agama khususnya ulama.
"Mereka yang menyatakan tidak percaya dengan imbauan ulama yaitu sebesar 3,7 persen pra pilpres," kata Adjie Alfaraby di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019).
Namun, dalam survei lanjutan pada September 2019 atau pascapilpres, mereka yang menyatakan percaya terhadap himbauan tokoh agama (ulama) sedikit menurun menjadi 85,1 persen.
Baca Juga: English for Ulama: Kenalkan Islam Toleran dan Tekan Islamphobia di Eropa
"Mereka yang menyatakan tidak percaya dengan himbauan ulama juga mengalami kenaikan menjadi 8,6 persen pasca-Pilpres 2019," ungkapnya.
Adjie menjelaskan, keterlibatan ulama di dalam proses pemilu yang masif menjadi faktor utama kepercayaan publik terhadap ulama menurun.
"Selama Pilpres 2019, sebagian ulama terlibat dalam proses dukung mendukung calon presiden tertentu. Dukungan-dukungan tersebut tentunya mempengaruhi persepsi publik (umat) terhadap ulama," jelasnya.
Survei ini dilakukan terhadap populasi pemilih nasional menggunakan 1200 responden di 34 propinsi, dengan metode wawancara langsung.
Ambang batas kesalahan survei ini adalah +/- 2.9 persen. Selain survei, LSI Denny JA juga melengkapi survei ini dengan riset kualitatif dengan metode grup diskusi terfokus, wawancara mendalam, dan analisis media.
Baca Juga: Salah Interpretasi Soal Assalamualaikum, Begini Kata Ulama Malaysia