Menag Fachrul Razi: Banyak Masyarakat Mencari Tuhan di Internet

Rabu, 13 November 2019 | 16:18 WIB
Menag Fachrul Razi: Banyak Masyarakat Mencari Tuhan di Internet
Menteri Agama Fachrul Razi saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (7/11). [Suara.com/Arya Manggala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia diklaim mencari informasi mengenai religiusitas dengan cara berselancar di dunia maya.

Klaim tersebut diungkapkan Menteri Agama Fachrul Razi merujuk data yang diterbitkan oleh Badan  Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2019.

Fachrul mengatakan, masyarakat Indonesia kerap mencari ihwal keberadaan Tuhan hingga kuasaNya lewat internet. Data yang dirilis BNPT tersebut mencapai indeks 100,9,89 orang.

"Dengan mengutip indeks desiminasi media sosial yang diterbitkan BNPT tahun 2019 diperoleh angka indeks sebesar 39,89, ini (patokan) indeks tertingginya 100, 9,89 orang Indonesia yang menggunakan medsos mencari dan menyebarkan konten tentang agama," kata Fahrul di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019).

Baca Juga: Polemik Ucapan Salam Semua Agama, Menag Fachrul Razi: Enggak ah Takut Salah

Ia melanjutkan, "Seperti keberadaan Tuhan indeks yang didapat 43,91, sifat-sifat Tuhan 40,31; kuasa Tuhan 40,31; dan kisah hidup orang-orang suci 36,72."

Fachrul menyimpulkan, media sosial kekinian menjadi wadah bagi masyarakat untuk saling berinteraksi. Ia menuturkan, Interaksi tersebut merujuk pada perbincangan soal agama.

"Jadi menunjukkan minatnya, pemahaman-pemahaman agama mencari pengetahuan di medsos luar biasa tingginya. Dari data itu, maka dapat menyimpulkan hampir dari setengah total masyarakat Indonesia menggunakan medsos untuk melakukan interaksi dengan orang lain dan untuk mencari informasi tentang persoalan kehidupan termasuk masalah agama," jelasnya.

Maka, Fachrul menilai internet meruntuhkan pandangan masyarakat soal otoritas agama menjadi pilihan alternatif. Berbeda dengan generasi terdahulu yang menjunjung tinggi fatwa kepala otoritasnya.

"Dengan fasilitas internet ini, masyarakat cenderung menganggap otoritas agama seperti kiai, ustaz, guru, guru agama yang tradisional hanya pilihan alternatif belaka dari kehidupan sehari-hari mereka. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang sangat taat kepada fatwa kepala otoritasnya," papar Fachrul.

Baca Juga: Cerita Menag Fachrul Razi Diminta Pakai Celana Cingkrang oleh Istri

"Mereka berkonsultasi dengan berbagai sumber untuk memenuhi kehausan agamanya. Sering kali kita mendengarkan tafsir-tafsir agama mainstream dikalahkan oleh pilihan-pilhan personal bersumber dari yang bukan otoritas, tapi mungkin demi memenuhi akal sehat mereka," tambahnya.

Akibatnya, kebenaran menjadi sesuatu yang majemuk --beragam dan tak manunggal. Lantas, masyarakat intoleran dan terpapar wacana radikal makin mencuat ke permukaan.

"Akibatnya pemikiran keagamaan sebagian besar kita, cenderung intoleran dan mudah terpapar ideologi radikal ekstrem. Atau sebaliknya jadi super toleran yang mengganggu sendi-sendi beragama," imbuh Fachrul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI