"Sastra Betawi perlu diangkat, karena menggambarkan sejarah masyarakat Betawi masa lampau," katanya, diwakili Asisten Deputi bidang Pariwisata dan Budaya, Yani Wahyu Purwoko, saat membuka acara tersebut.
Acara ini merupakan salah satu wujud kerja sama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan masyarakat Betawi. Secara khusus, acara ini terwujud melalui kerja sama Dewan Kesenian Jakarta, Unit Pengelola Taman Ismail Marzuki, Lembaga Kebudayaan Betawi, Balai Pelestarian Nilai Jawa Barat, Komunitas Baca Betawi, dan Betawi Kita.
Berbagai kegiatan diselenggarakan dalam acara ini, seperti pembacaan puisi, cerpen, Sahibul Hikayat, Lenong, Atraksi Main Pukul, dan tari Lipet Gandes.
Selain itu ada juga workshop menulis cerpen, pantun, skenario, feature, dan seminar mengenai stigma negatif orang Betawi dalam film, serta bazar kuliner.
Baca Juga: Terima 4 Penghargaan Ketenagakerjaan, Pemprov DKI Lanjutkan Terobosan
Kegiatan ini ternyata menarik minat warga. Mereka antusias datang ke acara, karena ingin tahu lebih banyak soal budaya Betawi. “Saya menikmati berbagai pertunjukan dalam pekan sastra Betawi. Saya seperti terlempar ke masa lalu saat masih kecil, main ketimpringan, dan lain-lain. Dialog-dialog dalam kesenian Betawi itu ringan, meski ada nasihat, tapi sama sekali nggak menggurui,” ujar Mira Mai (30), seorang pengunjung dari Jakarta Selatan.