Demonstran marah atas uang pensiun yang buruk, privatisasi layanan kesehatan dan pendidikan, kesenjangan ekonomi yang makin meluas, upah rendah, serta biaya hidup yang tinggi. Bahkan seruan yang meminta Presiden Sebastian Pinera untuk mengundurkan diri kini menjadi nyanyian para demonstran.
Presiden Pinera sebenarnya telah berupaya menenangkan situasi dengan mengakhiri status darurat dan jam malam militer.
Ia juga mengumumkan perombakan kabinet pemerintahan serta melakukan reformasi sosial, termasuk menaikkan 20 persen dana pensiun dan menambah upah minimum bulanan, dari 413 dolar AS (sekitar Rp5,8 juta) menjadi 481 (Rp6,7 juta).
Tetapi bagi banyak pengunjuk rasa, reformasi itu hanya menyelesaikan masalah di permukaan saja.
Baca Juga: Pakar Hukum: Jokowi Tak Perlu Tunggu MK untuk Terbitkan Perppu KPK
Saat orang-orang yang ikut aksi demo makin banyak, Pinera memutuskan, Chili mundur dari penyelenggaraan dua konferensi internasional, yaitu KTT APEC dan pertemuan perubahan iklim COP25.
Presiden mengatakan, itu adalah "keputusan menyakitkan", tetapi ia mengaku perlu memprioritaskan pembangunan kembali ketertiban umum.