Ferdinand Sindir Anies: yang Salahkan Sistem, Nyatakan Dirinya Bodoh

Kata Ferdinand, seburuk-buruknya sistem tak akan bisa korup karena dioperasikan manusia.
Suara.com - Politisi Demokrat Ferdinand Hutahaean menyindir aksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyalahkan sistem e-budgeting yang dirancang Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama. Tanpa menyebut nama, Ferdinand mengatakan yang menyalahkan sama saja menyebut bodoh diri sendiri.
Kata Ferdinand, seburuk-buruknya sistem tak akan bisa korup karena dioperasikan manusia.
"Sistem seburuk apa pun tak akan bisa korup karena dioperasikan manusia. Sistem sebaik apa pun tetap bisa korup bila manusianya punya niat korup dan punya otak maling. Jadi yang menyalahkan sistem, sama saja ia menyatakan dirinya bodoh," kata Ferdinand dalam akun Twitternya, @FerdinandHaean2, Kamis (31/10/2019).
Sejumlah program pengadaan barang dalam RAPBD 2020 DKI Jakarta menjadi kontroversi karena bernilai fantastis.
Baca Juga: Makna Gaun Pernikahan Mutiara Baswedan Rancangan Didit Hediprasetyo, Prabowo Spill Tak Dibayar
Misalnya, dana anggaran untuk membeli lem Aibon senilai Rp 82 miliar dan bolpoin Rp 123 miliar. Anies menganggap dua hal itu merupakan komponen dari kegiatan yang belum dibahas sampai rampung.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, persoalan tersebut sebenarnya bersumber pada sistem e-budgeting.
Anies menjelaskan, dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), pihaknya hanya merencanakan sampai kegiatan dan jumlah anggaran.
Sementara sistem e-budgeting mengharuskan pihaknya mencantumkan komponen kegiatan.
E-Budgeting adalah sistem penyusunan anggaran buatan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Sistem ini dibuat untuk memudahkan Pemprov dalam menyusun anggaran.
Baca Juga: Film Jumbo Dipuji Anies Baswedan, Benih Lahirnya Studio Ghibli Tanah Air
Mantan Mendikbud ini menganggap sistem digital ini tidak sepenuhnya otomatis. Menurutnya untuk melakukan verifikasi rancangan anggaran, masih harus dilakukan secara manual.
"Ini sistem digital tetapi masih mengandalkan manual, sehingga kalau ada kegiatan-kegiatan jadi begini," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019).
Karena harus manual, Anies menyebut banyak anak buahnya yang memasukkan nama komponen kegiatan seadanya, karena belum dibahas.
Menurutnya jika sistem e-budgeting sudah cukup pintar, seharusnya bisa mendeteksi hal ini.
"Kalau sistem smart, maka dia akan melakukan verifikasi untuk kegiatan a,b,c,d. Enggak logis kalau dilakukan dengan angka tidak poposional," jelasnya.
Bahkan, Anies menganggap kejadian serupa juga kerap terjadi sejak sistem ini dibuat. Ia mengaku hanya menerima sistem e-budgeting ini dan masih menuai masalah yang sama.
Anies menegaskan, tidak ingin memberikan hal serupa ke gubernur Jakarta selanjutnya.
"Karena saya menerima warisan nih, sistem ini. Saya tidak ingin meninggalkan sistem ini untuk gubernur berikutnya," kata dia.