Suara.com - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkap alasan pembuatan jalur sepeda dengan anggaran mencapai Rp 62,5 miliar. Alasannya karena cat yang digunakan untuk pembuatan marka jalur harus diimpor.
Syafrin mengatakan cat tersebut menggunakan bahan coldplastic yang tidak diproduksi di dalam negeri. Selain itu bahan cat tersebut sudah sejak lama digunakan oleh Dishub.
"Yang mahal itu kan marka warnanya, itu impor. Kita belum ada yang produksi jalan negeri terkait coldplastic. Ini sudah e-catalog. Biasa digunakan di dinas perhubungan," ujar Syafrin saat dihubungi, Selasa (29/10/2019).
Cat berbahan coldplastic impor itu kata dia, hanya untuk yang berwarna. Sementara untuk yang berwarna putih sudah bisa dibeli di dalam negeri.
Baca Juga: Anies Baswedan Uji Coba Jalur Sepeda Tahap Dua
Selain itu cat coldplastic ini juga baru kali ini digunakan sebagai marka jalur sepeda. Sebelumnya cat itu digunakan untuk keperluan Dishub yang lain.
"Dari dulu sudah impor dan harganya segitu, karena cuma sekarang programnya baru untuk marka sepeda," jelasnya.
Meski demikian, Syafrin mengaku tidak mengetahui secara rinci alasan Dishub DKI selalu menggunakan cat coldplastic ini. Namun ia menyatakan cat ini memiliki kualitas yang baik dan bisa tahan hingga delapan tahun.
"Daya tahan marka coldplastic bisa sampai 8 tahun, selama jalan tidak rusak," pungkasnya.
Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta tengah gencar membangun jalur sepeda. Anggaran yang akan diajukan bahkan mencapai Rp 73 miliar.
Baca Juga: Alasan Keamanan, Pemprov DKI Bikin Jalur Sepeda di Trotoar Sudirman
Ajuan anggaran itu tercantum dalam Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2020. Dalam dokumen itu, dituliskan 'Pemeliharaan rekayasa lalulintas di koridor busway' dengan nilai anggaran yang diajukan adalah Rp 69.272.618.784.
Nilai anggaran sebelumnya yang diajukan adalah Rp 4.498.769.742 untuk tujuan yang sama. Jika ditotal, jumlahnya mencapai lebih dari Rp 73 miliar.
Syafrin Liputo mengatakan anggaran tersebut meningkat jauh karena pihaknya berencana membangun 500 kilometer jalur sepeda. Menurutnya rencana itu sudah berjalan sejak tahun ini melalui program pembangunan jalur sepeda sepanjang 63 km.
Jumlah Rp 73 miliar itu dibagi menjadi dua tujuan. Yakni untuk pembuatan jalur sepeda sekitar Rp 62,5 miliar dan sistem ganjil-genap.
"Jadi untuk total jalur sepeda itu 62,5 Miliar sementara untuk sebagian lagi akan digunakan pemasangan ganjil genap," jelasnya.

Pembangunan jalur sepeda ini dibagi menjadi 3 tahap. Fase pertama akan meliputi Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan M. H. Thamrin, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Proklamasi, Jalan Pramuka, Jalan Pemuda.
Fase kedua mencakup Jalan Sudirman, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Panglima Polim, dan Jalan RS Fatmawati Raya. Lalu fase ketiga meliputi Jalan Tomang Raya, Jalan Cideng Timur, Jalan Kebon Sirih, Jalan Matraman Raya, Jalan Jatinegara Barat, dan Jalan Jatinegara Timur.
Desain trek sepeda ketiga fase tersebut rencananya akan selesai pada 19 November mendatang. Fase pertama sudah diuji coba dengan melakukan konvoi bersepeda dari stadion velodrome, Jakarta Timur ke Balai Kota, Jakarta Pusat pada 20 September lalu.
Uji coba fase dua berlangsung pada Sabtu (12/10/2019). Sementara uji coba fase tiga rencananya akan dilakukan pada 2 November mendatang.
Rencananya, sepanjang jalur sepeda itu akan dipasang pembatas menggunakan marka atau kreb. Tujuannya agar pesepeda terlindungi karena jalurnya bersebelahan dengan jalur kendaraan bermotor.