Suara.com - Dalam sebuah seremoni di kuil kuno yang kini telah hancur di utara Irak, Faiza Fuad bergabung dengan sekian banyak etnis Kurdi yang meninggalkan Islam. Mereka kembali memeluk kepercayaan nenek moyang: Zoroastrianisme.
KEKERASAN selama bertahun-tahun oleh kelompok militan ISIS yang bermimpi mendirikan negara Islam, telah banyak meninggalkan kekecewaan terhadap umat Islam.
Sejarah penindasan oleh negara juga telah mendorong sejumlah orang di wilayah otonomi Kurdi di Irak, untuk kembali ke agama yang berusia ribuan tahun itu sebagai cara menegaskan kembali identitas mereka.
"Setelah orang-orang Kurdi menyaksikan kebrutalan ISIS, banyak yang mulai mempertanyakan kembali kepercayaan mereka," ujar Asrawan Qadrok, seorang imam kenamaan di wilayah otonomi Kurdi di Irak seperti dikutip Suara.com dari DW Indonesia, Minggu (27/10/2019).
Baca Juga: Pasukan Kurdi Dikerahkan untuk Tangkis Operasi Militer Turki di Suriah
Selama ritual perpindahan agama yang dilakukan oleh Fuad di Darbandikhan, dekat perbatasan Iran, seorang imam besar dan asistennya mengenakan pakaian putih yang merepresentasikan kemurnian dan membacakan ayat-ayat dari kitab suci Zoroaster, Avesta.
Mereka mengikatkan tali sebanyak tiga kali di pinggang Fuad untuk melambangkan nilai-nilai inti iman dari kata-kata baik, pikiran baik dan perbuatan baik.
Pengikut baru itu mengangkat tangannya dan bersumpah untuk mematuhi ketiga nilai itu dan untuk melindungi alam, menghormati air, udara, api, tanah, hewan, dan manusia.
"Aku merasa sangat bahagia dan segar," kata Fuad. Ia memakai kalung Farawahar, simbol kekuatan spiritual yang diberikan oleh imam besar.
Dia berkata, telah mempelajari Zoroastrianisme sejak lama dan tertarik pada filosofinya yang "membuat hidup menjadi mudah."
Baca Juga: Kuburan Massal Warga Kurdi Korban Pembantaian Saddam Husein Ditemukan
"Ini tentang kebijaksanaan dan filsafat. (agama) ini melayani umat manusia dan alam," katanya.