Suara.com - Sejak pengoperasiannya diresmikan pada 24 Maret 2019, Moda Raya Terpadu (MRT) menjadi primadona transportasi publik termodern di Jakarta dan satu-satunya di Indonesia. Di awal pengoperasiannya beberapa waktu lalu, warga sangat antusias menyambut dan ikut serta dalam euforia mencoba fasilitas yang satu ini.
Bukan hanya pegawai kantoran yang mencoba, keluarga-keluarga pun ikut mencicipi nikmatnya moda transportasi modern ini. Pada hari-hari libur dan akhir pekan, MRT biasanya disesaki dengan keluarga yang ingin melihat Jakarta melalui MRT.
Kereta Ratangga melewati 13 stasiun Fase 1. Rutenya dimulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia, sepanjang 16 kilometer setiap hari. Enam kilometer diantaranya menyusuri bawah tanah (underground) yang melalui enam stasiun, yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Sedangkan sepuluh kilometer sisanya merupakan struktur layang (elevated), yang melewati tujuh stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, serta Sisingamangaraja. Ketika MRT berada di struktur layang, maka kesibukan Jakarta akan terlihat dengan jelas oleh para pengguna MRT dari atas.
Baca Juga: Pemprov DKI Salurkan Rp3,9 Triliun Untuk Warga Tak Mampu Lewat KJP Plus
Seluruh armada MRT, saat ini disimpan di depo khusus. Depo ini berdekatan dengan Stasiun Lebak Bulus, yang pada beberapa waktu lalu sempat menjadi titik poin pertemuan pertama Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto, yaitu pada 13 Juli 2019.
Sebelum mengadakan perbincangan serius soal politik, keduanya bertemu dan bersamalam di Halte Lebak Bulus, yang dilanjutkan dengan mencoba fasilitas modern tersebut. Masih segar dalam benak masyarakat, bagaimana hangatnya pertemuan mereka kala itu.
Moda Raya Terpadu dikelola PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta), yang berdiri pada 17 Juni 2008. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) inilah yang merancang pembangunan koridor MRT Jakarta Utara-Selatan Fase 2 Bundaran HI-Kota, selain koridor MRT Jakarta Timur-Barat Fase 3 Kalideres-Cempaka Baru. Pembangunan MRT Fase 2 direncanakan pada 2020 dan ditargetkan selesai empat tahun kemudian.
Di masa mendatang, MRT diperkirakan akan menjadi primadona transportasi terintegrasi. Masyarakat menantikan Fase 2 Bundaran HI-Kota dan Fase 3 Kalideres-Cempaka Baru, yang nantinya akan menyempurnakan konektivitas moda transportasi Jakarta, dengan demikian akan semakin memudahkan mobilitas warganya.
Terkait dengan antusiasme warga, PT MRT Jakarta telah menargetkan jumlah penumpang yang akan dilayaninya. Perusahaan ini memiliki target-target tertentu, yaitu jumlah penumpang harian mencapai 100.000 orang pada akhir 2019.
Baca Juga: 5000 Mahasiswa Nikmati Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul Dari Pemprov DKI
Hingga Juli 2019, jumlah rata-rata pengguna MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari, naik 15,9 persen dari bulan sebelumnya. Peningkatan jumlah penumpang pernah dikemukakan Corporate Secretary Division Head Jakarta, Muhammad Kamaluddin. Ia mengatakan, selama hampir 6 bulan beroperasi, MRT sudah mengangkut sekitar 11 sampai 12 juta penumpang, yang mana per bulannya mencapai 2,2 juta penumpang.
"Jika dirata-rata per hari bulan kemarin ada 90 ribu penumpang. Grafiknya meningkat terus. Kami proyeksikan pada Desember bisa sampai 100 ribu penumpang per hari," katanya.
Bukan tidak mungkin, PT MRT akan meningkatkan target-target tersebut, mengingat antusiasme warga yang besar. Apalagi jika kelak Fase 2 dan Fase 3 sudah beroperasi, tentu masyarakat akan lebih memilih moda transportasi terintegrasi seperti ini, karena aman, nyaman, dan memudahkan mobilitas.
Tak salah rasanya jika disebut bahwa MRT kini menjadi salah satu angkutan primadona bagi publik. Menurut penelitian harian Kompas yang diterbitkan pada 6 Oktober 2019, 42 persen responden kini memilih naik angkutan umum. Mereka menyukai bus TransJakarta, MRT, atau kereta Commuterline.
Jika MRT menjadi salah satu primadona, maka harapan warga DKI Jakarta dan sekitarnya pada keberadaan MRT Fase 2 dan Fase 3 memang layak. Tingkatan ketepatan waktunya sangat tinggi, mencapai 100% dari total 6.159 perjalanan kereta.
Kartu Jak Lingko dapat dibeli di halte busway dan bus kecil yang sudah berlogo Jak Lingko. Dengan semua fasilitas dan moda transportasi yang telah disediakan tersebut, Pemprov DKI Jakarta berharap pihaknya dapat berkolaborasi dengan masyarakat mengurangi kemacetan dan polusi dengan kendaraan umum.