Kabinet Jokowi: Dramaturgi Pemilu dan Bangkrutnya Prinsip Minus Malum

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 23 Oktober 2019 | 15:04 WIB
Kabinet Jokowi: Dramaturgi Pemilu dan Bangkrutnya Prinsip Minus Malum
Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin memperkenalkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10). [ANTARA FOTO/Wahyu Putro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Sesudah pemilihan, para kandidat yang dipilih rakyat secara bebas menentukan apa saja, dengan kata sakti yang bernama musayawarah itu, demi kepentingannya,” tuturnya.

Padahal, jauh sebelum pemilu misalnya, rakyat terpolarisasi dan saling bermusuhan karena berbeda kubu.

Masing-masing bersikeras calon pemimpin usungannya yang terbaik, sementara calon lainnya adalah ancaman eksistensial untuk kehidupannya.

Sikap rakyat yang demikian ini, kata Suryanto, bertambah keras ketika dikompori oleh para influencer dan buzzer masing-masing calon.

Baca Juga: Nadiem Makarim, Menteri Termuda Kabinet Jokowi Jadi Sorotan Dunia

Pemilihan pun usai, permusuhan antar pendukung masih dirasakan berlanjut hampir tanpa henti.

Rasa dendam kesumat antarpendukung merasuk ke dalam kehidupan kelompok yang paling kecil, yaitu keluarga.

Ia menuturkan, secara faktual, perpecahan dan rasa disharmoni tidak kunjung hilang bahkan juga dalam lingkup yang lebih besar dari keluarga.

“Mereka masih beradu mulut, dan terkadang cekcok itu berlanjut menjadi ajakan untuk berkelahi. Sementara di lain sisi, bagaimana para calon yang dipilih oleh rakyat sesudah pemilihan?”

Suryanto mengkritik elite politikus seusai pemilu, yang tampak tak memusingkan polarisasi publik ketika mereka dulu berseteru.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ambil Sumpah Menteri Kabinet Indonesia Maju

“Sebelum pemilihan mereka memecah-belah pemilihnya. Mereka menebarkan ketakutan lewat provokasinya dan membikin pendukung kubu sebelah ketakutan luar biasa,” tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI