Suara.com - Indonesia disebut menjadi salah satu negara di dunia yang masih memiliki hutan hujan tropis. Meski begitu, Greenpeace Indonesia menyebut adanya ironi, lantaran Indonesia mengalami deforestasi akibat industri sawit.
Pernyataan tersebut disampaikan Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak saat rapat dengar pendapat umum dengan Komite II DPD di Gedung B DPD, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin (21/10/2019).
"Yang menjadi ironi, Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, sementara sumber deforestasi terbesar di Indonesia adalah industri sawit," katanya.
Leonard mengatakan selain deforestasi permasalahan lain yang dihadapi Indonesia adalah kebakaran hutan dan lahan. Salah satu tahun dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan terparah yang dialami Indonesia terjadi di 2015. Saat itu, praktik pembakaran hutan dalam konsesi perkebunan kelapa sawit masih marak.
Baca Juga: Greenpeace: Kampanye Sawit Baik oleh Pemerintah adalah Menyesatkan
Menurut Leonard, deforestasi dan kebakaran hutan merupakan salah satu sumber emisi karbon terbesar Indonesia. Tanpa penghentian deforestasi dan kebakaran hutan, Indonesia tidak akan bisa memenuhi komitmen penurunan emisi karbon.
"Selama ini ada tuduhan bahwa Greenpeace antisawit. Sebenarnya bukan antisawit, melainkan antideforestasi. Namun, ada hubungan sebab akibat antara deforestasi dengan sawit," katanya.
Leonard bersama Manajer Kajian Kebijakan Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Boy Jerry Even Sembiring menjadi salah satu narasumber pada Rapat Dengar Pendapat Umum Komite II DPD tentang penyusunan hasil pengawasan DPD atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wakil Ketua Komite II Abdullah Puteh yang memimpin rapat dengar pendapat umum mengatakan acara tersebut untuk mendengarkan aspirasi dan pandangan dari berbagai pemangku kepentingan tentang Undang-Undang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Selain menyampaikan tentang masalah deforestasi, Leonard juga menyampaikan tentang kualitas udara dan polusi Jakarta, pembangkit listrik dan energi yang terbarukan, permasalahan sampah, polusi plastik di lautan, pencemaran minyak, dan bencana iklim. (Antara)
Baca Juga: Greenpeace Desak Indonesia Transparan Soal Moratorium Hutan