Disuruh Munarman FPI Ngaji Lagi, Moeldoko Tertawa

Jum'at, 18 Oktober 2019 | 15:33 WIB
Disuruh Munarman FPI Ngaji Lagi, Moeldoko Tertawa
Kepala Staf Presiden Moeldoko, Jumat (18/10/2019). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Umum Front Pembela Islam Munarman meminta Kepala Staf Presiden Moeldoko belajar mengaji Alquran agar tidak menjadi “burung”.

Pernyataan Munarman tersebut adalah respons terhadap Moeldoko yang mempertanyakan signifikansi keberadaan FPI.

Moeldoko sendiri santai menanggapi pernyataan Munarman.

"Nggak apa-apa aku ngaji lagi," ujar Moeldoko seraya tertawa di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Jumat (18/10/2019).

Baca Juga: Moeldoko: Presiden Akan Cek Perkembangan Kasus Novel Baswedan ke Polri

Moeldoko enggan membahas lebih lanjut soal pernyataan dirinya yang menyebut kenapa harus ada FPI saat tak ada penjajahan di Indonesia.

Sebelumnya, Moeldoko mempertanyakan keberadaan organisasi FPI. Kata Moeldoko, ia tidak merasa agamanya perlu dibela oleh FPI.

Hal ini dikatakan Moeldoko saat memberikan kuliah umum bertajuk "Nasional Masa Kini" di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (17/10/2019).

"Mengapa harus ada, apa itu, Front Pembela Islam? Apa yang dibela? Ya maaf ya, aku langsung ngomong blak-blakan saja kan. Memangnya Islam sedang dijajah oleh orang lain apa? Apalagi itu dibela? Tuhan kok dibela? Buat apa? Dia enggak perlu pembelaan," kata Moeldoko.

Bursa Menteri

Baca Juga: Moeldoko Masuk Bursa Kandidat Menkopolhukam Baru, Ini Profilnya

Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, mantan Pangliman TNI yang kekinian menjabat sebagai Kepala Staf Presiden, masuk bursa kandidat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI pada masa kepemimpinan kedua Jokowi, 2019 - 2024.

Moeldoko merupakan tokoh militer Indonesia kelahiran Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kota Kediri, Jawa Timur pada 8 Juli 1957.

Ia adalah anak bungsu dari 12 bersaudara buah pernikahan pasangan Moestaman dan Masfuah.

Semasa kecil, Moeldoko terbiasa hidup serba kekurangan, dengan ayah yang mencari nafkah dari berdagang palawija, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.

Dia mengaku pernah hidup terlunta-lunta setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jombang, Jawa Timur.

"Saya bosan miskin, sudah tidak tahan lagi saat itu. Alhamdulillah semua berubah karena saya sekolah," ujar Moeldolko di hadapan ratusan mahasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan, kalau tidak sekolah, mungkin saat ini bekerja sebagai pengembala kambing. Namun karena ia pantang menyerah, nasibnya pun berubah menjadi lebih baik.

Moeldoko merupakan alumni Akabri 1981 dan meraih Bintang Adhi Makayasa. Sejumlah penghargaan diraih dan pada 2014 Moeldoko juga meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia.

Moeldoko mengaku yakin pendidikan merupakan satu-satunya cara baginya untuk keluar dari lingkar kemiskinan. Oleh karenanya, Moeldoko berusaha untuk terus sekolah.

"Anda tidak akan bisa maju tanpa bekerja keras. Untuk itu harus terus bekerja keras dan pantang menyerah," pesan Moeldoko yang pernah menjabat sebagai Panglima TNI itu.

Untuk diketahui, pada tahun 1981, Moeldoko berhasil meraih pencapaian sebagai lulusan terbaik Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), dan memperoleh penghargaan Adhi Makayasa & Tri Sakti Wiratama.

Prestasi tersebut ikut mengantarkannya ke kursi Panglima TNI 32 tahun kemudian. Melalui Sidang Paripurna DPR-RI pada Agustus 2013, sang Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), yang menjalani masa jabatan hanya tiga bulan, diangkat sebagai Panglima TNI ke-8, menggantikan Laksamana Agus Suhartono.

Setelah dua tahun menduduki posisi Panglima TNI, ia mengakhiri masa dinasnya pada 2015.

Pada 2016, Masjid Dr H Moeldoko, masjid megah yang ia dirikan dalam kompleks Islamic Center, di perbatasan kota Jombang dan Kediri, diresmikan.

Kemudian tiga tahun setelah melepas tugas kemiliteran, sang purnawirawan jenderal bintang empat diangkat sebagai Kepala Staf Kepresidenan pada Januari 2018, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ayah dua anak itu juga pernah bergabung dengan partai politik Hanura pada 2016 sampai 2018.

Keluarga

  • Istri: Koesni Harningsih
  • Anak: Randy Bimantoro & Joanina Rachma

Pendidikan

  • SD Negeri Juntok 1, Kediri
  • SMP Negeri Papar, Kediri
  • SMP Pertanian (SMPP), Jombang (1977)
  • AKABRI, Magelang (1981)
  • S-3 Falkultas Administrasi Negara Universitas Indonesia (UI), Jakarta (2014)

Karier

  • Asops Kasdam VI/Tanjung Pura
  • Dirbindiklat Pussenif
  • Komandan Rindam VI/Tanjung Pura (2005)
  • Komandan Korem 141/Toddopuli Bone (2006)
  • Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi (2007)
  • Direktur Doktrin Kodiklat TNI AD (2008)
  • Kasdam Jaya (2008)
  • Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (2010)
  • Panglima Kodam XII/Tanjungpura (2010)
  • Panglima Kodam III/Siliwangi (2010)
  • Wakil Gubernur Lemhannas (2011)
  • Wakasad (2013)
  • KSAD (2013)
  • Panglima TNI (2013-2015)
  • Kepala Staf Kepresidenan (2018)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI