Suara.com - Widya Shintia Sari, psikolog klinis di Rumah Sakit Fatmawati meminta masyarakat tak langsung mendiskreditkan fenomena komunitas "crosshijabers" yang kini viral dengan kasus penyimpangan seksual.
Menurutnya, hal itu harus dilakukan dengan pemeriksaan secara mendalam.
"Untuk penyimpangan seksual atau tidak, tentunya tidak bisa gegabah untuk me-'label' demikian karena sangat bergantung pada hal yang melatarbelakangi dan hasil pemeriksaan lebih lanjut," kata Widya kepada ANTARA, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Komunitas "crosshijaber" adalah kumpulan para pria yang senang berpenampilan layaknya perempuan dengan mengenakan hijab bergaya syar'i lengkap dengan cadar.
Baca Juga: Viral Fenomea Cross Hijaber, Pria Berpakaian Syar'i ala Wanita Masuk Masjid
Widya menuturkan perlu dilihat lebih lanjut latar belakang termasuk motivasi atau tujuan yang menyebabkan pria berpenampilan seperti perempuan dan memakai hijab.
Menurut Widya, ada beberapa kemungkinan hal yang melatarbelakangi "crosshijabers" karena pelaku memiliki kecenderungan mencari kepuasan seksual dengan cara demikian atau kecenderungan "transvestic fetishism".
Widya menuturkan pelaku "crosshijabers" merasa hal tersebut lucu dan menghibur; pelaku senang ikut-ikutan trend yang berkemungkinan membuat dirinya ikut "populer" atau mencari perhatian.
Pelaku crosshijabers juga bisa terdorong dengan motivasi mencari konten untuk media sosial agar viral.
Pelaku dapat juga memiliki motivasi dengan tujuan penyamaran, penipuan, atau hal-hal mengarah ke tindak kriminal.
Baca Juga: Tak Pakai Helm, Hijaber Cantik Dipermalukan di Lintasan Kereta
"Perlu dilihat juga pelakunya di bawah pengaruh obat, substance atau tidak," ujarnya. (Antara).