Banjir di Jepang Airnya Jernih, Fajar Nugros Singgung Revolusi Mental

Selasa, 15 Oktober 2019 | 16:08 WIB
Banjir di Jepang Airnya Jernih, Fajar Nugros Singgung Revolusi Mental
Fajar Nugros (twitter @fajarnugros)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sutradara kenamaan Fajar Nugros menyinggung Revolusi Mental saat membahas banjir di Jepang yang bersih. Hal ini disampaikannya melalui cuitan Twitter yang diunggah pada Selasa (15/10/2019).

Jepang baru saja terkena Topan Hagibis yang menciptakan banjir dan hujan lebat. Banjir di sana menarik perhatian Fajar Nugros karena tidak terlihat sampah yang ikut terbawa arus air.

"Banjir di Jepang yang bersih, mestinya bikin kita, Pemerintah, Pemuka Agama, mulai berpikir ada yang luput diajarkan kah?" tulis @fajarnugros.

Sutradara film Jakarta Undercover ini kemudian menyinggung Revolusi Mental, program Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Baca Juga: Korban Tewas Topan Hagibis di Jepang Bertambah Jadi 58 Orang

"Dulu ketika Jokowi canangkan REVOLUSI MENTAL, aku pikir hal-hal dasar yang akan kita sepakati/ tanamkan ulang: soal antri, soal hak pejalan kaki, soal buang sampah, soal jalan di eskalator, soal hemat air, soal membuang sampah bioskop atau resto fast food, soal toleh kanan sebelum belok," tulis Fajar.

Sutradara kenamaan Fajar Nugros menyinggung Revolusi Mental. (twitter @fajarnugros)
Sutradara kenamaan Fajar Nugros menyinggung Revolusi Mental. (twitter @fajarnugros)

Fajar Nugros awalnya punya bayangan sendiri tentang program pemerintah itu. Tapi pada akhirnya dia merasa aneh. Dia berpikir Presiden akan bicara di TV Nasional soal apa saja yang harus kita revolusi dan mental seperti apa yang ditanamkan.

"Masak saat dilantik sudah bersumpah dengan kitab suci, masih harus tandatangan PAKTA INTEGRITAS untuk TIDAK KORUPSI? Mental macam apa itu? Aneh," imbuhnya.

Dilansir dari laman kominfo.go.id, Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Gagasan ini digagas oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956.

Awalnya, frasa ini merupakan jargon yang diusung presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014.

Baca Juga: Ibu Kota Mulai Diguyur Hujan, Ini Daftar 86 RW di Jakarta yang Rawan Banjir

Presiden Jokowi, dalam tulisan “Revolusi Mental” melalui presiden.go.id menyebutkan, revolusi mental harus menjadi sebuah gerakan nasional, usaha kita bersama untuk mengubah nasib Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil dan makmur.

Namun seiring berjalannya waktu, program ini mendapatkan banyak kritik dari berbagai tokoh politik karena dianggap tidak berdampak baik. Meskipun pemerintah mengklaim Revolusi Mental berhasil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI