Abu Rara Tusuk Wiranto karena Sakit Hati Digusur? Istana Tak Terima

Selasa, 15 Oktober 2019 | 11:18 WIB
Abu Rara Tusuk Wiranto karena Sakit Hati Digusur? Istana Tak Terima
Sejumlah petugas Kepolisian, TNI dan pemerintah setempat melakukan pemeriksaan terhadap keluarga pelaku Syahril Alamsyah yang beralamat di Jalan Alfakah V, Desa Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Medan, Kamis. [Antara/Nur Aprilliana Br Sitorus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Istana Kepresidenan tidak terima jika penusuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto karena sakit hati digusur untuk pembangunan proyek Presiden Jokowi. Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin mengatakan itu tidak benar.

Sosok yang menuding itu adalah Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar. Dia mengatakan Syahrial Alamsyah alias Abu Rara adalah korban penggusuran proyek tol di Sumatera Utara. Itu yang membuat Abu Rara sakit hati dan akhirnya menusuk Wiranto.

"Bilang sama rektor, kalau sodaranya, kalau abangnya, adiknya, sodaranya ditusuk kaya begitu. Jangan sok ngerti gitu," ujar Ngabalin saat dihubungi Suara.com, Senin (15/10/2019) malam.

"Masa dia lebih ngerti dari polisi? Bilang itu sama Musni Umar, kalau dia lebih mengerti dari polisi, besok saya kasih tahu ke polisi, biar polisi minta bahan dari dia, dari mana dia tahu? siapa Musni Umar?Jangan sok ngerti dia dari polisi deh," kata dia.

Baca Juga: Jawaban Ngabalin Soal Rektor UIC yang Sebut Penyerang Wiranto Bukan Teroris

Bahkan Ngabalin menyebut pernyataan yang dilontarkan Musni di media sosial adalah ciri-ciri orang yang terpapar paham radikalisme. Sebab kata Ngabalin, ciri -ciri orang yang terpapar radikalisme adalah menyepelekan pandangan kepolisian dan menutupi apa yang diungkapkan kepolisan

"Itu ciri-ciri dari orang-orang yang berwatak terpapar radikalisme itu seperti itu, menutup -nutup kejahatan teroris, kemudian menyepelekan pandangan-pandangan polisi, atau mengabaikan pikiran dan pandangan poliisi dan menutupi apa yang dikemukan polisi supaya orang banyak, publik melupakan," tutur Ngabalin.

Ngabalin menuturkan tak baik jika seorang rektor mendahului kepolisian.

"Nggak begtu, nggak bagus kalau rektor begitu, tidak bagus, tidak punya akhlak," tandasnya.

Sebelumnya, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar mengumbar klaim, pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto bukan teroris seperti yang disebut aparat kepolisian.

Baca Juga: Sudah Sembuh, Wiranto Singgung Pelantikan Kabinet Jokowi, Ada Apa?

Hal itu disampaikan Musni Umar melalui video yang diunggah dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (12/10/2019).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI