Suara.com - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai pertanda awal kekecewaan rakyat Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh pengamat politik asing Aaron Connelly di Twitter, Sabtu (12/10/2019).
Ia mengomentari cuitan akun resmi @jokowi ketika sang presiden berswafoto di Istana dengan Prabowo, yang sudah dua kali menjadi lawannya dalam pilpres yakni pada 2014 dan 2019.
"Bertemu sahabat, Bapak @Prabowo, sore ini di Istana. Kami berdiskusi tentang ekonomi negara kita, juga soal pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur. Bagaimana dengan isu soal koalisi? Tentu ada juga pembicaraan soal itu, tapi belum final," tulis @jokowi.
Baca Juga: Bertemu Jokowi ke Istana, Gaya Prabowo Disebut Lebih Cair ketimbang SBY
Aaron Connelly mengungkapkan interpretasi dari pertemuan Jokowi dan Prabowo, yang menurutnya memperlihatkan maksud keduanya secara terang-terangan.
Selain itu, dia juga mengingatkan warganet bahwa di Kalimantan Timur, provinsi tempat ibu kota baru, keluarga Prabowo memiliki tanah.
"That's as explicit a quid pro quo as we are likely to see. Jokowi and Prabowo discussed moving the capital to East Kalimantan [read: where Prabowo's family owns land] and Prabowo's party joining the governing coalition," cuit @ConnellyAL.
(Itu timbal balik paling gamblang yang paling memungkinkan untuk kita lihat. Jokowi dan Prabowo mendiskusikan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur [baca: lokasi tanah milik keluarga Prabowo] dan bergabungnya partai Prabowo dengan koalisi pemerintahan)
Peneliti dari lembaga kajian internasional Australia Lowy Institute itu pun memperingatkan masyarakat untuk siap-siap kecewa, jika sebelumnya mereka berharap Jokowi menanggapi tuntutan demo mahasiswa belakangan ini.
Baca Juga: Meski Tak Masuk Kabinet, Prabowo Mengaku Tetap Loyal ke Pemerintahan Jokowi
"If folks thought President Jokowi would be chastened by recent demonstrations against corruption and illiberalism, they should prepare to be disappointed," tambahnya.