Suara.com - Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menjawab soal nasib kebiasaan 'blusukan' yang sering dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, pasca insiden penusukan yang menimpa Menkopolhukam Wiranto.
Meski tidak menjawab secara detail, Luhut menyatakan kalau blusukan memang tidak bisa dihilangkan dari kebiasaan Jokowi.
Luhut mengungkapkan bahwa evaluasi terhadap kegiatan Jokowi sebagai presiden tentu akan dilakukan usai pelantikan digelar pada 20 Oktober mendatang.
"Ya ini kan masih mau pelantikan, setelah pelantikan kan kita lihat lagi evaluasi lagi," kata Luhut di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
Baca Juga: Kasus Penusukan Wiranto, Butuh Berapa Lama Luka Tusuk Sembuh Total?
Luhut mengatakan kalau Jokowi sudah pasti tetap waspada setelah melihat adanya insiden penyerangan terhadap pejabat negara. Namun apakah nantinya Jokowi akan menghentikan blusukannya, Luhut menerangkan kalau Jokowi tidak bisa dilarang untuk melakukan kegiatan yang diinginkannya.
"Kita lihat nanti. Beliau, kita jagain lah, beliau aware lah. Sudah dilarang-larang di McDonald, dia (Jokowi) bilang (ke Paspampres) tugasnya mengamankan, saya makan," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Wiranto ditusuk saat hendak pulang ke Jakarta usai menghadiri acara peresmian Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla’ul Anwar yang beralamat di Kampung Cikaliung, Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, Banten, Kamis (10/10/2019) kemarin.
Aksi penusukan itu dilakukan Syahril Alamsyah alias Abu Rara. Akibat peristiwa tersebut, Wiranto mengalami dua luka tusukan di bagian perut dan kini masih dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Dalam kasus ini, polisi telah meringkus Abu Rara, dan istrinya, Fitri Andriana Binti Sunarto. Polisi menyebutkan Abu Rara teridentifikasi sebagai anggota teroris jaringan JAD.
Baca Juga: Muluskan Aksi Penikaman ke Wiranto, Abu Rara jadikan Putrinya Tameng