Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Kepolisian Indonesia memberikan pengamanan lebih baik pada pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih 20 Oktober 2019 mendatang di Gedung DPR, Jakarta. Namun Jokowi tidak gamblang meminta pengamanan dan penambahan pasukan.
Hal itu dikatakan Jokowi pasca Menteri Koordinantor Politik Hukum dan Keamanan Wiranto ditusuk di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) siang.
"Nanti saya sudah perintahkan ke kapolri untuk di berikan pengamanan yang lebih baikm," kata Jokowi di RSPAD Gatot Subroto setelah menjenguk Wiranto, Kamis sore.
Hanya saja Jokowi enggan menjawab lebih jauh soal penambahan pasukan.
Baca Juga: Wiranto Ditusuk, JK: Sel-sel Kelompok Radikal Masih Tetap Jalan
"Urusan kaitan dengan operasi ke Kapolri," kata Jokowi.
Kepolsian Banten menangkap 2 orang yang diduga sebagai pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019). Mereka adalah suami istri.
Wiranto ditusuk pukul 11.55 Wib di Pintu Gerbang Lapangan Alun - alun Menes Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Wiranto ditusuk saat ingin meninggalkan Pandenglang di hellypad Lapangan Alun - alun.
Pelaku penusukan itu bernama Fitri Andriana. Dia lahir di Brebes 5 Mei 1998. Di KTP, Fitri beralamat di Desa Sitanggai, Brebes. Di Pandeglang dia tinggal di Kampung Sawah.
Sementara eksekutor penusuk Wiranto bernama Syahril Amansyah alias Abu Rara. Dia lahir di Medan 24 Agustus 1988. Dia tinggal di Jalan Syahrial VI No 104 LK, Ds, Tanjung Mulia Hilir, Kec. Medan Deli, Kota Medan, Sumatra Utara.
Baca Juga: Abu Rara Penusuk Wiranto Lulus Kuliah di Medan, Pintar Utak-atik Komputer
Keduanya ditangkap dan dibawa ke Mako Polsek Menes.