Suara.com - Ningsih (55) warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan yang tinggal di sekitar bantaran Kali Ciliwung kekinian sedikit lebih lega dan tak khawatir lagi akan potensi banjir kiriman dari Bogor.
Meski, Ningsih pernah dilanda trauma ketika banjir setinggi tujuh meter melanda Jakarta di awal tahun 2007 silam.
Ningsih warga Kampung Melayu Kecil I, RT 15, RW 10, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan masih teringat akan bencana banjir terbesar yang terjadi di Jakarta pada Februari 2007 silam.
Barang-barang elektronik, pakaian, dan surat-surat berharga miliknya pun hilang terseret banjir.
Baca Juga: Bendungan Katulampa Siaga III, Warga di Kali Ciliwung Santai
Bahkan, akibat banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 2007 itu mengharuskan dirinya bertahan hidup di pengungsian di Masjid Attahiriyah, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan selama dua pekan.
Di sana, Ningsih berkumpul bersama ribuan warga Jakarta lainnya dan makan ala kadarnya.
"Pokoknya itu banjir paling parah, pas tahun 2007 paling parah banjir sampai seatap rumah. Kita juga ngungsi itu sampai dua mingguan," tutur Ningsih.
Ningsih mengaku sedikit lebih lega tatkala kali Ciliwung telah dinormalisasi pada pertengahan tahun 2017 lalu. Ningsih merasa tidak lagi dihantui akan banjir kiriman tatkala Bogor turun hujan deras.
"Alhamdulilah agak mendingan lah, sekarang lebih tenang enggak takut banjir kiriman," ujarnya.
Baca Juga: Jasad Bayi Mengambang di Kali Ciliwung Gegerkan Warga Cikini
Menurut Ningsih, ketika Kali Ciliwung belum dinormalisasi dirinya dan warga sekitar bantaran kali selalu dihantui banjir tatkala Bogor diguyur hujan deras. Bahkan, sekalipun hanya hujan dengan intensitas rendah.