Suara.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus pembina Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah Jakarta, KH. Said Aqil Siradj menekankan persahabatan antara NU dengan partai nasionalis seperti PDI Perjuangan sudah terjalin sejak dulu dan harus dijaga.
"Persahabatan NU dengan kaum nasionalis sangat penting dan harus kita jaga," kata Said Aqil saat menerima kunjungan silaturahmi perwakilan PDIP ke Ponpes Luhur Al Tsaqafah, Jakarta, Selasa (8/10/2019) malam, dilansir Antara.
Said Aqil mengatakan sejak dulu, saat ini dan seterusnya, antara NU yang berbasis pesantren dengan kalangan nasionalis dan partai nasionalis seperti PDIP, sangat bersahabat.
Dia mengingatkan persatuan santri dengan kalangan nasionalis telah membawa kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Baca Juga: Fortune: Mayweather Tak Bodoh, Dia Tahu Kali Ini Bakal Kalah Lawan Pacquiao
Selain itu, ketika terjadi disintegrasi bangsa pasca kemerdekaan, atau pada 1948, Presiden pertama RI Soekarno meminta pendapat tokoh NU KH. Wahab Chasbullah mengenai upaya menyatukan bangsa.
Kala itu, Kiai Wahab mengusulkan agar Bung Karno menggelar silaturahmi dengan para tokoh bangsa. Kiai Wahab pun mencetuskan istilah halal bihalal.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang hadir mewakili DPP PDIP, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa sejarah antara Soekarnois dengan kalangan Nahdliyin sangat panjang.
Dia mengatakan wajar jika ada pihak yang tidak senang dengan persatuan Nahdliyin dengan Soekarnois.
"Ketika Soekarnois dan Nahdliyin bersatu, banyak pihak tidak senang. Kita harus menjawab tantangan ini bersama-sama," kata Hasto.
Baca Juga: PDIP: Jokowi Tak Tepat Jika Keluarkan Perppu KPK
Lebih jauh dalam kesempatan itu, Hasto juga menekankan bahwa persahabatan PDIP dengan NU membuktikan bahwa fitnah yang menyebut PDIP anti Islam tidak benar.
"Bagaimana mungkin anti Islam, terbukti PDI Perjuangan dekat dengan NU," tegas dia.