Tengku Zul: Periode Kedua Belum Dimulai Tapi Buzzer Sudah Dibuang, Kasihan

Senin, 07 Oktober 2019 | 11:52 WIB
Tengku Zul: Periode Kedua Belum Dimulai Tapi Buzzer Sudah Dibuang, Kasihan
Wasekjen Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Tengku Zulkarnain (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain menyoroti para aktivis pendukung Jokowi alias buzzer yang disebut sudah tidak lagi diperlukan.

Tengku Zul merasa iba dengan nasib para buzzer Jokowi tersebut karena mereka akan kehilangan pendapatan.

Ia heran, mengapa para pendukung fanatik disingkirkan padahal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua belum dimulai.

Tanggapan tersebut disampaikan Tengku Zul melalui jejaring Twitter pribadinya.

Baca Juga: Buzzer Hoaks soal Papua Dapat Kucuran Dana Rp 4,2 M untuk Iklan di Facebook

"Kekuasaan priode kedua belum dimulai, tapi Buzzers sudah dibuang alias disingkirkan alias diapkir. BPJS naik 100%, Tarif ini tarif itu naik. Honor hilang. Gimana nasib para Buzzer, ya...? Ckckck kasihan," cuit Tengku Zul, Senin (7/10/2019).

Lebih lanjut, Tengku Zul menyarankan para buzzer untuk tetap aktif menjalankan tugasnya lantaran hal itu dirasa bisa mempengaruhi keputusan kakak pembina buzzer, yang tanpa ia sebut namanya.

"Serang terus sana sini, mana tahu kakak pembina berubah pikiran. Ya nggak?," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berharap tidak ada lagi buzzer-buzzer yang muncul di media sosial. Sebab kata dia, kontestasi pemilu sudah berakhir.

Moeldoko mengaku sudah mengimbau para buzzer untuk bersifat dewasa dan tidak emosional. Namun, kata dia, sulit dipraktikkan karena sudah terpolarisasi sejak Pilpres lalu.

Baca Juga: Bilang Buzzer Jokowi Tak Lagi Diperlukan, Moeldoko: Mereka Merugikan

"Ya waktu saya berkumpul dengan teman-teman (pendukung Jokowi) saya juga menyampaikan untuk kita bersifat lebih dewasa, lebih enggak emosional. Tapi kan kadang-kadang sekali lagi ini kan komunikasi yang sudah terlanjur polarisasi. Komunikasi yang sudah terpolar. Jadi perlu memang masing- masing menyadari lah bagaimana membangun lagi situasi yang enjoy. Jangan politik diwarnai dengan tegang, politik diwarnai dengan saling menyakiti. Menurut saya enggak pas lah," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI