Kisah Warga Tanjung Duren, Tak Punya WC Sehat, Buang Hajat Langsung ke Kali

Senin, 07 Oktober 2019 | 10:12 WIB
Kisah Warga Tanjung Duren, Tak Punya WC Sehat, Buang Hajat Langsung ke Kali
Penampakan salah satu WC yang kerap digunakan warga RT 15, RW 07, Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat untuk buang hajat. (Suara.com/Stephanus Aranditio).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penataan pemukiman padat menjadi salah satu masalah utama di Ibu Kota DKI Jakarta, mulai dari penataan rumah yang semrawut hingga masalah sanitasi yang jauh dari kata layak.

Salah satu pemukiman padat yang memiliki sanitasi yang buruk terletak di RT 15, RW 07, Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat atau hanya sekitar 7 kilometer dari Balai Kota, Kantor Gubernur DKI.

Sebanyak 30 Kepala Keluarga (KK) di Tanjung Duren ini terpaksa harus bergantian menggunakan lima unit WC yang terletak di pinggir Kali Sekretaris Jakarta Barat. Kelima WC itu pun jauh dari kata layak.

Keberadaan WC ini berdampingan dengan rumah warga, luasnya pun tak sampai satu meter persegi dengan fasilitas seadanya; closet jongkok, keran, satu ember, gayung, dan paku yang menancap di dinding untuk menggantungkan pakaian.

Baca Juga: Anies Renovasi Rumdin Rp 2,4 M, Golkar: Jangan Bergaya Pejabat Kolonial

Dinding WC pun tampak berkerak dan tumbuh jamur di beberapa sudut, pintu kamar mandi ini tak memiliki jarak dengan jalan gang sehingga suara dari luar terdengar jelas dari dalam WC.

Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak adanya septic tank untuk menampung 150 orang warga yang hendak buang hajat di sana. Tinja itu pun langsung begitu saja meluncur ke Kali Sekretaris, sehingga kali menjadi sangat bau, belum lagi ditambah limbah rumah tangga dari warga.

Setiap hari, warga harus mengantre sejak subuh untuk mandi agar bisa sampai di tempat kerja tepat waktu.

"Anak saya tiga, SD, SMP, SMA, bangun jam 4 buat antre, ini kan satu kontrakan isinya 4 kamar, satu kamar bisa 4 orang, 16 orang di petak kecil begini," kata Mila, warga yang sudah tinggal 18 tahun di Sekretaris.

Mila mengaku harus mengeluarkan uang Rp 1,3 juta setiap bulan untuk hidup dengan rincian; Rp 1 juta untuk kamar kontrakan dua pintu dan listriknya Rp 300 ribu per bulan.

Baca Juga: Anies Renovasi Rumdin Rp 2,4 M, PDIP: Cukup Betulin Berapa Sekolah Tuh?

Dia berharap, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menaruh perhatian khusus untuk kebutuhan sanitasi warga Sekretaris.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI