Sementara itu, beberapa akun di negara lain, kata Facebook, terlibat dalam penyebaran konten dengan topik seperti aktivitas UEA di Yaman, kesepakatan nuklir Iran, dan kritik terhadap Qatar, Turki, serta Iran.
Operasi tersebut menciptakan "jaringan akun yang bertujuan menyesatkan orang lain tentang siapa mereka, dan apa yang mereka lakukan," ungkap Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan siber Facebook.
Facebook menambahkan, perusahaannya menghapus akun "berdasarkan perilaku mereka, bukan konten yang mereka unggah."
"Dalam setiap kasus ini, orang-orang di balik kegiatan ini berkoordinasi satu sama lain dan menggunakan akun palsu untuk menutupi identitasnya," kata pihak Facebook.
Baca Juga: Penyebar Hoaks di Wamena Belum Tertangkap, Kapolda Papua: Masih Dicari
Perusahaan teknologi ini menerangkan, perilaku tidak autentik yang terkoordinasi terdeteksi "ketika sekelompok halaman atau akun bekerja sama untuk menyesatkan orang lain tentang siapa mereka atau apa yang mereka lakukan."