"Saya sendiri sempat nanya ke anak saya itu Yadi apa bukan sih? Terus kata anak saya Yadi, masa sama anak sendiri enggak tahu. Abis mukanya udah beda," ungkap Maspupah.
Selain itu, kata Maspupah, ada pula darah yang keluar dari telinga kiri jenazah Maulana.
"Terus saya tanya ke polisi kok kupingnya berdarah Pak kenapa nih anak saya," ucapnya.
Hanya, kata Maspupah ketika itu dirinya tidak lagi memperpanjang urusan tersebut. Sebab, dirinya benar-benar sudah merasa cemas. Tiba-tiba, kata Maspupah, salah seorang anggota polisi meminta dirinya untuk membuat surat pernyataan.
Baca Juga: Polisi Minta Mahasiswa Unindra Korban Kekerasan saat Demo Buat Laporan
"Itu adiknya yang bikin surat keterangan yang cewek (Marisa Febriyanti). Polisi itu ngomong terus anak saya yang nulis, bahwa Maulana Suryadi meninggal karena penyakit asma dan gas air mata," tuturnya.
Tidak lama usai membuat surat pernyataan tersebut, Maspupah lantas diajak salah satu anggota polisi untuk ke dalam ruangan. Disana polisi tersebut memberikan sejumlah uang sebesar Rp 10 juta yang menurut pengakuan polisi tersebut sebagai uang duka cita.
"Polisi itu ke kamar Bu sini Bu saya mau ngomong, turut berduka cita ya bu. Kata saya ya, makasih. Diamplopin saya, ini apaan nih pak, kata dia ini buat ngurus jenazah anak ibu," ucapannya.
Maspupah mengaku kekinian dia telah mengikhlaskan kepergian Maulana. Hanya saja dia merasa ingin mengetahui apa sebenarnya penyebab dari kematian anaknya itu.
Baca Juga: Demo 30 September, Mahasiswa Unindra Diduga Jadi Korban Kekerasan Aparat