Perusuh di Wamena Masuk ke Sekolah, 40 Pelajar Bertahan di Dalam Kelas

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 04 Oktober 2019 | 11:41 WIB
Perusuh di Wamena Masuk ke Sekolah, 40 Pelajar Bertahan di Dalam Kelas
Pengendara melintasi Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat kerusuhan terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019). ANTARA FOTO/Marius Wonyewun/wpa/foc.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerusuhan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Senin 23 September 2019 lalu membuat pelajar panik dan ketakutan. Sebab, perusuh sempat masuk ke halaman sekolah dan melempari kaca-kaca ruang kelas saat kerusuhan terjadi.

Seorang anak perantau asal Sumatera Barat yang duduk di kelas 2 di satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wamena menuturkan bahwa ketika itu perusuh berusaha masuk ke ruang kelas.

"Saat itu, hari Senin sekitar pukul 08.00 WIT, setelah upacara saya mau ujian Agama, tiba-tiba kerusuhan itu terjadi," kata anak perantau itu seperti diberitakan Antara, Jumat (4/10/2019).

Saat ini anak perantau itu dan sejumlah warga sudah kembali ke Padang. Mereka memilih pulang ke kampung halamannya sampai suasana di Wamena benar-benar kondusif.

Baca Juga: Anggota DPR Menangis Ingat Konflik Papua, Sebut Sidang MPR Sandiwara

Pelajar itu menuturkan, saat kerusuhan ia dan rekan-rekannya mencoba bertahan di dalam kelas dan mencoba mengahlang perusuh agar tidak masuk ke dalam kelas.

"Untuk mengamankan diri, saya bersama teman-teman lain bertahan dalam kelas, kemudian menyusun meja serta bangku-bangku untuk menghalang pintu," katanya.

Dia bersama dengan 40 teman sekelasnya berusaha menahan pintu supaya perusuh tidak masuk ke ruang kelas. Untungnya, perusuh kemudian meninggalkan sekolah.

"Kami bertahan di dalam kelas sekitar setengah jam, hingga kemudian ada kerabat yang datang menjemput," katanya.

Jafri (60), orang tua anak laki-laki itu, mengaku panik saat kerusuhan meletus karena anaknya masih berada di sekolah dan saat menelepon ke sekolah tidak ada yang menjawab.

"Ibunya sudah menangis, hingga salah satu kerabat menelpon dan mengatakan anaknya sudah dijemput dari sekolah, dan sudah aman bersamanya," kata Jafri.

Baca Juga: Mahfud MD: Papua Ada Benih-benih Separatis Peninggalan Penjajah Belanda

Anak laki-laki Jafri bertemu kembali dengan orang tuanya di tempat pengungsian di markas Kodim 1702 Jayawijaya di Wamena. Pada Kamis (3/10) keluarga itu tiba di tanah Minangkabau.

Keluarga Jafri merupakan perantau asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka merantau ke Wamena sejak tahun 2000.

Anak lelaki Jafri mengatakan bahwa dia terakhir pulang ke kampung orang tuanya saat kelas dua Sekolah Dasar. Kerusuhan di Wamena membuat dia memilih melanjutkan sekolah di kampung halaman.

"Karena kejadian ini, saya lebih memilih sekolah di kampung saja," katanya.

Demonstrasi berujung kerusuhan di Wamena pada 23 September menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia dan mengakibatkan banyak bangunan rumah, toko, kantor, dan fasilitas umum rusak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI