“Demonstrasi besar-besaran dan kericuhan (akibat rasisme) bukanlah satu-satunya isu mendesak di Papua. Setelah konflik bersenjata di Kabupaten Nduga berlangsung sembilan bulan lamanya, masa depan sekolah ratusan anak-anak (dari wilayah ini) masih suram,” protesnya.
Ia mengatakan, bantuan pejabat pemerintah pusat dan daerah untuk kasus Nduga hampir tidak jelas. Sedangkan, untuk pengungsi Sentani, miliaran rupiah sudah masuk.
Apalagi bantuan untuk para pengungsi dari Wamena yang ada di Jayapura , di posko pengungsian maupun pengungsi yang ada di Wamena, juga deras mengalir.
“Manusia zaman sekarang lebih suka menolong sesama karena alasan persamaan ideologi dan politik, ketimbang karena nilai kemanusiaan,” cibirnya.
Baca Juga: Pejabat di Nduga Klaim Jumlah Pengungsi Capai 45 Ribu Orang
“Manusia zaman sekarang rupanya hampir semuanya penakut dan mendukung para pembunuh kemanusiaan yang penuh impunitas, yang satu sisi berlaku seperti superman. Sementara di lain sisi, berlagak seperti setan pembunuh,” cecarnya.