Suara.com - Penetapan status tersangka oleh polisi kepada Dandhy Dwi Laksono, jurnalis sekaligus pendiri WatchdoC dinilai janggal oleh sejumlah pihak. Hal itu menuai kritikan dari beberapa kalangan.
Alasan penetapan itu adalah, Dandhy Laksono dituding telah 'memprovokasi' konflik Papua. Tudingan itu terkait unggahan dan status di akun Twitter Dandhy Laksono, @Dandhy_Laksono, mengenai peristiwa kekerasan di Papua yakni di Jayapura dan Wamena.
Cuitan Dandhy yang dipersoalkan adalah unggahan pada 23 September 2019 pukul 1.26 PM atau 13.26 WIB. Twit itu adalah sebuat thread atau utas. Alias twit berseri yang terdiri dari lima unggahan. Cuitan itu diketahui diunggah 5 jam usai kerusuhan di Jayapura dan Wamena meletus.
Ciri twit thread bisa dilihat dari tanda garis yang menghubungkan setiap twit menjadi satu rangkaian. Sehingga, melihat substansi twit Dandhy itu tidak bisa hanya dari satu postingan saja, karena jumlah karakter (huruf dan tanda baca) maksimal hanya 280 per unggahan.
Baca Juga: CEK FAKTA: Heboh Kemenag akan Hapus Materi Perang Uhud dan Badar, Benarkah?
Kronologi Cuitan Dandhy Laksono
Twit pertama diunggah pukul 13.26 WIB atau 15.26 WIT
Foto satu (Jayapura) dengan keterangan Mahasiswa Papua yang eksodus dari kampus-kampus di Indonesia, buka posko di Uncen. Aparat angut mereka dari kampus ke Expo Waena. Rusuh. Ada yang tewas.
Foto dua (Wamena), dengan keterangan Siswa SMA protes sikap rasis guru. Dihadapi aparat. Kota Rusuh. Banyak yang luka tembak.
Twit kedua 13.44 WIB atau 15.44 WIT
Baca Juga: CEK FAKTA: Mahasiswa Dipukuli Polisi di RS? Ini Penjelasan Videonya
Peristiwa di Jayapura (foto 1) dan Wamena (foto 2) hari ini menunjukkan bahwa di Papua tampaknya hanya berlaku satu cara untuk mengatasi segala masalah, yaitu kekerasan.
Di Papua risiko menyampaikan aspirasi bukan dipanggil rektor, tapi mati atau luka tembak.
(melampirkan dua foto)
Twit ketiga 13.55 WIB atau 15.55 WIT
Ini berita tentang apa yang terjadi di Wamena. Jika melihat foto/video beberapa bangunan di kota Wamena terbakar, anak SMA luka-luka tembak, menurut berita ini urutannya sbb:
Kasus dugaan rasisme – demo – tembakan senjata – massa marah – pembakaran.
(link berita berjudul: “Saksi: perusakan dan pembakaran bangunan di Wamena karena terprovokasi.”)
Twit keempat 14.00 WIB atau 16.00 WIT
Berita tentang apa yang terjadi di Jayapura (kampus Uncen dan taman budaya Expo Waena) sedang disusun, tapi tidak mudah mengumpulkan informasi karena akses peliputan untuk jurnalis juga tidak bebas.
(link berita berjudul: “Polisi halangi tiga wartawan meliput pembukaan pos eksodus mahasiswa di Uncen”)
Twit kelima 14.24 WIB atau 16.24 WIT
Ini berita tentang peristiwa di Jayapura hari ini. Kepala Dinas Kesehatan Papua mengonfirmasi ada 4 korban tewas (3 mahasiswa/orang Papua dan 1 TNI) setelah mahasiswa dilarang mendirikan posko di lingkungan kampus Universitas Cendrawasih.
(link berita berjudul: “Empat korban meninggal pasca pembubaran mahasiswa di Uncen”)
Penjelasan
1. Untuk bisa melihat informasi apa saja yang dilihat timeline Dandhy di twitter pada hari dan jam-jam itu, maka metode yang bisa digunakan adalah melihat “Tweets & replies” yang ada di akun @Dandhy_Laksono. Kurang lebih itulah yang menggambarkan informasi apa yang menarik perhatiannya, dikomentari, dan dibagikan ulang terkait peristiwa di Papua.
Cara lain adalah dengan melihat apa yang di “Likes” –nya, juga terkait peristiwa di Papua.
a. Retweet pertama Dandhy pada 23 September 2019 adalah posting dari akun @AprilaWayar pada jam 8.45 WIB. https://twitter.com/AprilaWayar/status/1175949397114281984
“Jayapura & Wamena Siaga 1. Internet diblokir lagi?”
(link berita: “Pemblokiran Internet Tak Mampu Menghalangi Isu Papua Mendunia”)
Ini adalah fakta pertama, bahwa ada peristiwa di Jayapura dan Wamena yang sudah muncul di media sosial, 5 jam sebelum twit pertama Dandhy tentang Jayapura dan Wamena.
Peristiwanya sendiri belum jelas jika dilihat dari urutan informasi yang muncul dan menjadi perhatian Dandhy di linimasa Twitter-nya.
2. Retweet kedua dari akun @VeronicaKoman pada pukul 9.25 WIB atau 11.25 WIT. https://twitter.com/VeronicaKoman/status/1175959237291151360
23/9/19 Wamena, West Papua
Hundreds of West Papuan high school (some junior high school) students shouting:
“Papua! Freedom!
(video ratusan/ribuan pelajar berpakaian putih abu-abu)
Inilah retweet kedua Dandhy yang mengandung kata “Wamena”, 4 jam sebelum unggahannya sendiri.
3. Pada pukul 10.20 WIB, atau satu jam kemudian, ia meretweet lagi akun @Joko85234663 yang memosting video kota Wamena yang telah terbakar di mana-mana dengan caption atau keterangan:
“Wamena memanas”.
https://twitter.com/Joko85234663/status/1175973099185016832
Akun ini sebenarnya mengomentari (“Quote Tweet”) posting Dandhy tentang informasi kota-kota di seluruh Indonesia yang pada hari itu menggelar unjuk rasa beserta aspirasinya.
Maka konfirmasi bahwa beberapa bangunan di kota Wamena telah terbakar setidaknya SUDAH TERJADI 3 jam sebelum Dandhy mengunggah informasi apapun oleh dirinya sendiri.
Kronologi selanjutnya berupa retweet dari Dandhy yang masih soal insiden kerusuhan baik di Jayapura maupun Waena. Di mana setelah 10 retweet dan quote tweet yang dilakukan Dandhy terhadap peristiwa di Jayapura dan Wamena selama 5 Jam terakhir, barulah ia memposting unggahan yang dipersoalkan polisi dan disebut sebagai bentuk 'provokasi' atas kerusuhan di Wamena.
Padahal, dari struktur Twit Dandhy itu, ia justru beritikad untuk mestruktur informasi atau berusaha merangkum secara sederhana dan sitematis apa yang dalam lima jam terakhir menarik perhatiannya di linimasa Twitter. Ia juga menyertakan sejumlah link berita sebagai rujukan kepada publik untuk memeriksa setiap informasi.