Foto Lama Dengan Tommy Soeharto Viral, Najwa: Serangan Personal yang Jahat

Chandra Iswinarno Suara.Com
Minggu, 29 September 2019 | 04:30 WIB
Foto Lama Dengan Tommy Soeharto Viral, Najwa: Serangan Personal yang Jahat
Najwa Shihab ditemui di sela-sela jumpa pers kembalinya program talkshow Mata Najwa, di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Senin (8/1/2018) [suara.com/Ismail].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tommy muncul dalam tiga segmen pertama. Dalam tiga segmen itu, saya menyoal sejumlah topik penting terkait rekam jejak Tommy dan kasus-kasus korupsi serta pelanggaran HAM yang dilakukan ayahandanya. Segmen 1 dibuka dengan memperkenalkan Tommy sebagai "dalang pembunuhan Hakim Syaifuddin". Saya juga mencecar klaim Tommy soal masyarakat merindukan era Orde Baru di segmen ketiga.

Selain Tommy, hadir narasumber lain seperti Priyo Budi Santoso sebagai Sekjen Partai Berkarya. Saya juga mengundang Haris Azhar, seorang pegiat HAM. untuk menguji klaim-klaim yang disodorkan Tommy maupun Priyo.

Disinformasi yang disebarkan adalah serangan personal yang jahat. Tuduhan "antek Orde Baru" sama sekali tidak berdasar karena sikap saya jelas dalam menyangkut warisan-warisan Orde Baru. Tidak terbilang produk-produk jurnalistik Mata Najwa yang berisi sikap kritis terhadap Orde Baru dan itu juga tercermin dalam episode "Siapa Rindu Soeharto?"

Saya sangat keberatan sikap personal saya sebagai jurnalis dikait-kaitkan dengan keluarga saya.

Baca Juga: Ketua DPR : Saya Tidak Pernah Diajak Bicara Langsung oleh Najwa Shihab

Selain personal, disinformasi ini juga merupakan serangan terhadap kerja-kerja jurnalistik. Tidak terbilang cacian terhadap media yang memberitakan topik mengenai revisi UU KPK dan demonstrasi mahasiswa minggu lalu. Saya, Mata Najwa dan Narasi TV tidak sendirian dalam hal ini.

Kritik kepada pers jelas diperbolehkan, bahkan penting, bagi demokrasi, juga bagi pers. Tidak ada pers yang sempurna. Tetapi jika yang dilakukan adalah serangan personal, ad hominem, apalagi hingga membawa-bawa keluarga, persoalannya menjadi sangat berbeda.

Seseorang menulis serangan kepada saya sebagai kill the messenger. Saya menghargai pendapat tersebut, kendati sejujurnya saya tidak berpikir sejauh itu karena toh saya masih bisa bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Saya menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kontraproduktif bagi usaha merawat ruang publik yang sehat. yang menghargai perbedaan pendapat, yang tidak dicemari oleh doxing, disinformasi, dan pembunuhan karakter.

Hari-hari ini Indonesia memang sedang dilanda kompleksitas persoalan. Hal itu hendaknya disikapi dengan memperbanyak dialog: antara para elite dengan warga, antara warga dengan warga, antara sesama kita. Dalam episode Mata Najwa terakhir, bahkan saya membuka topik tentang perlunya pemerintah berdialog dengan para mahasiswa yang saat itu saya undang. Bahwa pertemuan itu batal adalah persoalan Iain. Saat itu saya hanya membuka kemungkinan hadirnya percakapan yang setara karena saya percaya pers punya tanggungjawab merawat ruang publik sebagai arena yang terbuka bagi perdebatan. aneka pikiran, ragam kegelisahan. hingga kekecewaan.

28 September 2019, Najwa Shihab

Baca Juga: Najwa Shihab ke DPR : Mengapa Undang-undang Disusun Sembunyi-Sembunyi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI