Suara.com - Politikus PDIP Ruhut Sitompul buka suara terkait aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia yang menolak pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta.
Melalui jejaring Twitter pribadinya, Ruhut meminta presiden untuk tidak menggubris sikap aliansi BEM se-Indonesia yang menurutnya terlalu banyak permintaan.
Padahal presiden telah memberikan kesempatan dengan memberikan ruang diskusi.
Ia pun menyarankan para mahasiswa untuk memprioritaskan pendidikan di kampus masing-masing serta tidak bertindak menggurui.
Baca Juga: Unjuk Rasa di Makassar Ricuh, 1 Mahasiswa Kritis Ditabrak Barracuda Polisi
"Pak Presiden Jokowi yang Arif & Bijaksana, tolong kalau mau bertemu BEM banyak lagi permintaannya ini yang dikatakan dikasih hati minta jantung biarkan saja mereka menyelesaikan kuliahnya dulu di kampusnya masing-masing sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi jangan sok mau menggurui," cuit Ruhut Sitompul, Jumat (27/9/2019).
Sebelumnya, Jokowi mengundang perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam BEM bertemu di Istana Kepresidenan pada Jumat.
Namun, Aliansi BEM SI menolak undangan tersebut. Mereka siap berdiskusi bersama bila pertemuan digelar terbuka dan disiarkan langsung oleh media.
Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia, Muhammad Nurdiyansyah melalui keterangan persnya mengatakan, BEM SI belajar dari pengalaman.
Pada 2015, BEM SI pernah juga diundang Jokowi namun dilakukan secara tertutup dan hasilnya membuat gerakan mahasiswa terpecah.
Baca Juga: Soal Demo Mahasiswa, Nasir: PTN Enggak Kena Sanksi, Bukan Perintah Rektorat
"Hasilnya jelas, gerakan mahasiswa terpecah. Kami belajar dari proses ini dan tidak ingin menjadi alat permainan penguasa yang sedang krisis legitimasi publik, sehingga akhirnya melupakan substansi terkait beberapa tuntutan aksi yang diajukan," kata Nurdiansyah.
Lebih lanjut, dalam pertemuan nanti BEM SI berharap Jokowi tidak menegosiasikan ketujuh tuntutan mereka melainkan memenuhi tuntutan tersebut secara tegas.