Suara.com - Jurnalis Dandhy Dwi Laksono ditangkap polisi dan dikenakan status tersangka gara-gara cuitan di akun Twitter miliknya tentang kondisi di Papua.
Menurut kuasa hukum sutradara film dokumenter Sexy Killers tersebut, Alghifari Aqsa, polisi mempermasalahkan cuitan Dandhy pada tanggal 23 September 2019.
"Twit yang dipermasalahkan adalah twit tentang Papua pada 23 September. Mungkin teman-teman bisa melihat (twit tentang) peristiwa di Papua dan Wamena," kata Alghifari usai menemani Dandhy diperiksa di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (27/9/2019).
Gara-gara twit tersebut, Dandhy dijerat pasal 28 Ayat 2 UU ITE terkait ujaran kebencian terhadap individu dan kelompok berdasarkan SARA.
Baca Juga: Jokowi Balik Badan Ditanya Penangkapan Dandhy Laksono dan Ananda Badudu
"Pasal yang dikenakan pasal ujaran kebencian terhadap individu dan kelompok berdasarkan SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), sesuai pasal 45 A ayat 2 UU ITE juncto pasal 28 Ayat 2 UU ITE," kata Alghiffari.
Berdasarkan penelusuran Suara.com, cuitan di akun Twitter milik Dandhy, @Dandhy_Laksono, itu masih bisa diakses. Berikut isi cuitan tersebut:
JAYAPURA (foto 1)
Mahasiswa Papua yang eksodus dari kampus-kampus di Indonesia, buka posko di Uncen. Aparat angkut mereka dari kampus ke Expo Waena. Rusuh. Ada yang tewas.
WAMENA (foto 2)
Siswa SMA protes sikap rasis guru. Dihadapi aparat. Kota rusuh. Banyak yang luka tembak.
Sebelumnya diketahui, Jurnalis Dandhy Laksono ditangkap dan dibawa polisi dari kediamannya di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat pada Kamis malam (26/9/2019).
Baca Juga: Polisi Didesak Cabut Status Tersangka Dandhy Laksono
Andhy Panca Kurniawan, rekan Dandhy di Watchdoc, kepada Suara.com bercerita bahwa empat orang petugas polisi mendatangi kediaman jurnalis itu sekitar pukul 23.00 WIB.