Aksi yang kalian lakukan telah membentuk sebuah "blok historis" yang telah bergema sejak 1998, dan semoga terus ke generasi berikutnya: kesadaran anti korupsi, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan Indonesia yang lebih baik. Kalian adalah "zeitgeist", semangat zaman.
Bertindaklah dengan akal sehat, dan pulanglah dengan selamat.
Terimakasih kepada Presiden Jokowi jika mau menerima mereka di Istana. Semoga Jokowi yang dipilih rakyat karena percaya bahwa dia akan menjaga nilai-nilai reformasi, mendengarkan, dan mengambil keputusan tepat.
Siapa melawan semangat zaman, akan digilas oleh zaman.
Baca Juga: Mayoritas Korban Ricuh Demo Mahasiswa Sesak Napas, Anies: Tiga Dioperasi
Lebih lanjut, Nezar Patria menilai, demo pada Senin dan Selasa itu menunjukkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya berjuang demi masa depan mereka sendiri.
"Mereka kan generasi yang lahir dari rahim reformasi, jadi ketika mereka melihat krisis keadilan dalam pemberantasan korupsi, misalnya, dan penegakan hukum menjadi ajang jual-beli, mereka merasa kebebasannya terancam," ujar Nezar Patria melalui sambungan telepon kepada SUARA.com, Rabu (25/9/2019).
"Jadi tuntutan mereka itu adalah refleksi kegundahan akan politik sekarang dan nasib mereka sendiri di masa depan, yang kontra dengan reformasi," imbuhnya.
Nezar Patria juga memuji gaya berunjuk rasa anak-anak muda saat ini. Menurut dia, mereka menggunakan hak-hak berpolitiknya dan bisa berbicara bebas, yang, kata dia, tak dimiliki olehnya dan rekan-rekan aktivis 98.
Selain itu, bagi Nezar Patria, para mahasiswa ini mempunyai cara yang autentik dalam menyuarakan aspirasi dan menunjukkan bahwa mereka militan.
Baca Juga: Ikut Demo ke DPR, Pelajar STM Geruduk Stasiun
"Ya gaya anak sekaranglah, milenial. Mereka punya cara yang autentik untuk menyuarakan apa yang mereka mau," kata Nezar Patria .